TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menyerahkan hadiah kepada para pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Penyerahan piala ini bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional pada 9 Februari 2021.
Jurnalis Tempo, Devy Ernis sebagai salah satu pemenang mewakili timnya menerima hadiah di Candi Bentar Hall, Putri Duyung Resort, Ancol, Jakarta Utara.
Devy Ernis bersama timnya Aisha Saidra dan Dini Pramita dari Majalah Tempo memenangkan kategori media cetak dengan karya bertajuk "Jalan Pedang Dai Kampung" yang diterbitkan 27 Juli 2020. Hadiah yang diterima pemenang yakni; uang tunai sebesar Rp 20 juta, trofi, serta piagam penghargaan. Penyerahan hadiah disaksikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi secara live streaming.
"Dengan penghargaan ini mudah-mudahan bisa menjadi pemicu agar bisa terus menghasilkan karya-karya lain yang harapannya bisa berdampak dan bermanfaat bagi banyak orang," ujar Devy saat dihubungi, Selasa, 9 Februari 2021.
“Jalan Pedang Dai Kampung” mengangkat kiprah ustad dan ustazah di pelosok yang dakwahnya menyebarkan kedamaian, toleransi, dan kesetaraan. Mereka juga memberdayakan santri dan masyarakat di sekitar pesantren agar mampu menghadapi persoalan hidup sehari-hari.
"Ini merupakan buah dari kerja tim. Kawan-kawan semua juga kontributor di daerah. Karya ini tentunya tak akan bisa sebaik ini tanpa adanya kerja tim," ujar Devy.
Baca juga: Majalah Tempo Raih Adinegoro, Juri Sebut Promosikan Toleransi Beragama
Devy bercerita, liputan ini bermula karena tim redaksi Majalah Tempo mengamati gejala intoleransi yang kian deras di tengah masyarakat. Berdasarkan diskusi dengan sejumlah aktivis dan pegiat toleransi, dan juga memperhatikan konten-konten media sosial, ujar Devy, terlihat bahwa intoleransi itu juga dipengaruhi oleh sikap para ulama.
Di sisi lain, ada juga ulama yang bergerak melawan intoleransi. "Kami meyakini, ada banyak ulama di pelosok negeri yang konsisten memperjuangkan toleransi. Aktivitas mereka jauh dari ingar-bingar pemberitaan," tuturnya.
Devy kemudian menggelar riset dan berdiskusi dengan berbagai kalangan, termasuk dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, juga akademikus dan aktivis. Dari hasil diskusi dan riset, tim mendapat daftar berisi puluhan nama ulama dari berbagai daerah.
"Kami pun mengerahkan koresponden di daerah untuk memverifikasi aktivitas dan konsistensi mereka dalam memperjuangkan toleransi. Akhirnya, ada enam tokoh yang kami anggap memenuhi kriteria tersebut," ujar Devy.
Dalam edisi khusus ini, kata Devy, tim juga mencoba mengangkat peran dari ulama perempuan. "Kami meyakini ada banyak perempuan hebat yang bergerak di bidang keagamaan dan memperjuangkan hak-hak kaum perempuan," tuturnya.
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Wahyu Dhyatmika, mengatakan penghargaan ini merupakan pengakuan atas kualitas pemberitaan Tempo.
"Kemenangan Adinegoro ini terasa lebih bermakna sebab laporan Majalah Tempo yang menang mengangkat tema mengenai para ulama yang berjuang untuk menyebarkan Islam yang damai dan toleransi antar umat beragama. Sejak awal berdiri, Tempo selalu mengangkat tema serupa tentang pentingnya menjaga kerukunan umat beragama, yang menghormati perbedaan dan keberagaman Indonesia," kata Wahyu.