TEMPO.CO, Jakarta-Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko sangat menghormati mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Menurut mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia itu, sikap hormatnya pada SBY yang juga seniornya di Akademi Militer itu tak pernah berubah.
"Beliau pernah atasan saya, senior saya yang sangat saya hormati. Saya respect kepada beliau, jadi enggak ada yang berubah," kata Moeldoko dalam konferensi pers di rumahnya, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 3 Februari 2021. Hal ini disampaikan Moeldoko saat dikonfirmasi apakah dirinya bertemu dengan SBY belum lama ini.
Mengaku tak bertemu presiden keenam itu, Moeldoko juga menyatakan belum ada rencana untuk menemui SBY seusai ramai isu dirinya disebut hendak mendongkel kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung SBY, di Partai Demokrat. Moeldoko telah membantah isu tersebut dan menilai tak ada masalah dengan AHY maupun SBY.
"Saya enggak ngerti ya, menurut saya enggak apa-apa. Bagi saya sih enggak ada apa-apa," ujar Moeldoko.
Di mata sejumlah kader Demokrat, Moeldoko dipandang sebagai jenderal tak berbudi. Lulusan Akademi Militer 1981 ini menjadi Panglima TNI saat SBY menjabat presiden. Moeldoko menjabat sejak 2013 hingga pensiun di usia 58 tahun pada 2015.
Politikus Demokrat Rachland Nashidik mengatakan SBY hanya mengelus dada saat mendengar informasi adanya upaya pendongkelan Demokrat yang melibatkan Moeldoko. Meski begitu, kata Rachland, SBY kini lebih banyak mendengarkan. Adapun urusan partai ditangani langsung oleh Ketua Umum Demokrat AHY.
"Pak SBY itu sudah madeg pandito," kata Rachland kepada Tempo, Rabu, 3 Februari 2021, kemudian melanjutkan seraya terkekeh. "Pak SBY banyak berzikir sekarang."
SBY pun disebut pernah tak nyaman dengan Moeldoko. Menjelang kongres Demokrat pada 2015, kata Rachland, Moeldoko pernah menemui SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, masih dengan seragam TNI lengkap.
Menurut Rachland, Moeldoko menyampaikan kepada SBY agar mengangkat kembali Marzuki Alie sebagai sekretaris jenderal Demokrat. Marzuki Alie pernah menjadi sekjen Demokrat pada 2005 hingga 2010 di era ketua umum Hadi Utomo (almarhum).
Rachland menilai peristiwa itu menunjukkan bahwa Moeldoko tidak memiliki political correctness. Tindakan seorang Panglima TNI mengurusi internal partai politik dinilai sangat tak tepat. "Pak SBY kaget, apa urusannya Panglima TNI mengurusi politik," kata Rachland.
Dalam konferensi persnya, Moeldoko mengaku tak ingat pernah menemui SBY untuk menyodorkan nama Marzuki Alie. "Udah lupa, 2015, yang jelas-jelas aja lah," kata Moeldoko.
BUDIARTI UTAMI PUTRI
Baca juga: Cerita Kader Demokrat Bertemu Moeldoko di Hotel Rasuna Jakarta