TEMPO.CO, Solo - Jalannya debat Pilkada kandidat calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo sempat memanas, Kamis malam 3 Desember 2020. Kedua pasang kandidat mulai saling serang dalam salah satu segmen yang menyajikan rekaman pertanyaan dari perwakilan masyarakat.
Salah satu masyarakat mempertanyakan konsep para kandidat di Pilkada Solo dalam menangani ancaman perpecahan antarmasyarakat. Pertanyaan tersebut harus dijawab oleh pasangan nomor urut 1, Gibran Rakabuming-Teguh Prakosa.
Dalam kesempatan itu, Gibran memberikan waktu kepada Teguh untuk menjawab. “Komunikasi antar umat beragama sangat diperlukan,” kata politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut. Dia meyakini komunikasi antarumat beragama mampu membuat masyarakat hidup rukun dan berdampingan.
Dia juga menyebut bahwa pendidikan ideologi Pancasila harus terus dikembangkan di sekolah. Dia berharap tidak ada kesempatan bagi ideologi radikal untuk berkembang di lembaga pendidikan.
Hanya saja, jawaban itu tidak memuaskan rivalnya, Bagyo Wahyono. Dia menyebut gesekan antarkelompok masih sering terjadi di Kota Solo. “Anda itu kan anggota dewan (legislator), seharusnya bisa menghadang,” katanya saat memberikan tanggapan.
Namun, bukannya Teguh yang menjawab, Gibran justru maju memberikan tanggapan kepada pertanyaan yang diajukan oleh Bagyo. “Kerukunan itu tidak bisa dipaksakan, nanti jadinya kerukunan semu,” katanya.
Menurut Gibran, konflik-konflik yang masih terjadi bisa diatasi dengan pendekatan kebudayaan. Salah satunya dengan mengajak masyarakat belajar gamelan bersama. “Itu nanti yang akan memerangi tindakan intoleransi,” ujarnya.
AHMAD RAFIQ