TEMPO.CO, Jakarta - Satu keluarga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara meninggal karena Covid-19.
“Yang sakit pertama Ibu saya, dia dirawat sama kakak dan ternyata kakak lebih dulu pergi, almarhumah terkonfirmasi positif Corona,” kata Erdianti, Kamis, 3 September 2020.
Peristiwa menyedihkan ini berlangsung tak sampai sepekan. Awalnya saudari perempuanya Eti Nur Inah meninggal pada 30 Agustus 2020. Lalu disusul ayahnya Nurdin Tahir (77) pada Selasa 1 September 2020. Dua hari kemudian, ibunya Siti Zaenab (72) juga meninggal.
Ketiganya meninggal setelah sebelumnya menjalani perawatan di RSUD Bahteramas. Keluarga ini merupakan akademisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.
Eti tercatat sebagai Kepala Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari.
Sejumlah anggota keluarga yang diketahui pernah melakukan kontak erat, kata Erdi, sudah memeriksakan diri dan kini menjalani isolasi mandiri.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulawesi Tenggara, Rabiul Awal, mengatakan sebelum dirawat, ketiga pasien yang meninggal ini memang memiliki gejala Corona. “Rapid tesnya reaktif, swab positif dan setelah di rontgen ada pneumonia,” kata dia.
Rabiul mengatakan saat ini eskalasi penyebaran Covid-19 di Sulawesi Tenggara melonjak drastis. Dalam dua bulan kasus positif naik sampai 300 persen, sementara kasus kematian naik sampai 400 persen.
Per 2 September 2020, warga Sultra yang terinfeksi Covid mencapai 1.623 kasus dan angka kematian sebanyak 32 kasus. Ia menilai tingginya kasus positif ini karena masyarakat abai dengan protokol kesehatan.
“Kondisi makin terbuka kegiatan sosial dan aktifitas ekonomi politik makin naik jadi hanya tinggal sedikit yang menjalankan protokol kesehatan di ruang publik. Jadi Inpres nomor 6 Tahun 2020 perlu ditindaklanjuti ada dasar hukum pihak terkait dan tekhnis untuk mengambil tindakan” kata dia.