TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya mengumumkan pasangan calon yang akan diusung dalam Pilkada Surabaya 2020, pada Rabu 2 September 2020.
Setelah tertunda tiga kali partai berlogo kepala banteng ini akhirnya memutuskan untuk mengusung pasangan Eri Cahyadi-Armuji untuk maju di Surabaya.
"Rekomendasi Kota Surabaya diberikan kepada Eri Cahyadi dengan Armuji sebagai calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota Surabaya periode 2020-2025," kata Puan, Rabu, 2 September 2020.
Eri adalah Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya yang juga disebut-sebut didukung Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Sedangkan Armuji adalah anggota DPRD Surabaya dari PDIP.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan rekomendasi untuk Eri Cahyadi dan Armuji akan diserahkan oleh Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Pacul Wuryanto, Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat, dan Risma di Taman Harmoni, Surabaya. Taman tersebut pernah menjadi lokasi dialog Megawati dan Risma.
Berikut fakta-fakta PDIP dalam penetapan calon kepala daerah Surabaya:
1. Tarik tambang Hasto-Risma
Sebelumnya, Hasto dikabarkan bersilang pendapat dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terkait pasangan calon yang akan diusung di Pilkada Surabaya. Sejumlah sumber Tempo menuturkan, DPP PDIP hampir bulat untuk mengusung pasangan Whisnu Sakti Buana-Eri Cahyadi pada medio Agustus lalu.
Whisnu, kini Wakil Wali Kota Surabaya, didukung DPP PDIP karena dia kader tulen dan anak bekas Sekretaris Jenderal PDIP Soetjipto. Sedangkan Eri, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya saat ini, merupakan orang yang didukung Risma.
Pada Sabtu, 22 Agustus lalu, menurut sumber Tempo, DPP PDIP memanggil Eri ke Jakarta. Dalam pertemuan itu Hasto disebut meminta agar Eri menerima paket pasangan Whisnu-Eri. Namun dengan alasan sebagai aparatur sipil negara, Eri menyatakan hanya akan mengikuti arahan atasannya, yakni Risma.
Anak Risma, Fuad Bernardi, sempat bermanuver untuk menggalang dukungan bagi Eri menuju Pilkada Surabaya. Fuad mengatakan Eri cocok menjadi penerus Risma karena dianggap memahami pembangunan kota selama sepuluh tahun terakhir.
"Yang bisa menjalankan keinginan Ibu Risma ya Mas Eri," kata Fuad dikutip dari Koran Tempo edisi Kamis, 27 Agustus 2020.
Dikabarkan bersilang pendapat, Hasto kemudian membantah ada perbedaan kepentingan antara ia dan Risma. "Tidak ada tarik tambang politik di internal partai. Yang ada adalah menarik rakyat agar bebas dari belenggu kemiskinan, ketidakadilan, dan kebodohan," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Ahad 30 Agustus 2020.
2. Ancaman Megawati pecat kader yang tak solid
Megawati mewanti-wanti para kader agar solid memenangkan pasangan calon yang diusung di Pilkada Surabaya. Ia meminta jajarannya untuk kembali memenangkan Pilkada di Kota Pahlawan itu.
"Saya turunkan kepada kalian seluruh jajaran yang namanya PDIP untuk memenangkan Kota Surabaya kembali, siap apa tidak?" tanya Megawati dalam pengumuman calon kepala daerah-wakil kepala daerah secara virtual, Rabu, 2 September 2020.
Megawati menginstruksikan agar seluruh kader PDIP taat pada keputusannya mengusung Eri Cahyadi - Armuji di Pilkada Surabaya. Dia menugasi seluruh jajaran Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Cabang, hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari daerah pemilihan Surabaya untuk mengampanyekan Eri - Armuji kepada masyarakat.
Megawati lantas mengancam akan memberi sanksi kepada kader yang tak patuh pada keputusannya, bahkan tak segan memecat. "Sudah ada komando saya, menangkan Surabaya, solid. Siapa yang enggak solid saya pecat," kata Megawati.
3. Megawati kepada Whisnu: Saya tidak membuang kamu
Megawati secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Ia pun mengutus pengurus pusat PDIP, yakni Bambang 'Pacul' Wuryanto dan Djarot Saiful Hidayat, serta Puti Guntur Soekarno untuk datang ke Surabaya. Megawati menyatakan ingin menunjukkan bahwa PDIP tak membuang Whisnu.
"Jangan ada yang bilang, oh, Ibu Mega itu buang Whisnu. Tidak. Ini saya berhadapan sama kamu, tidak akan saya buang," kata Megawati. Mendengar hal itu, Whisnu terlihat mengepalkan tangan dan menepukkan ke dada.
Megawati lantas meminta Whisnu Sakti Buana untuk tetap taat sebagai kader PDIP. Ia juga berterima kasih lantaran Whisnu sudah mendampingi Risma sebagai Wakil Wali Kota Surabaya.
4. Tanda tangan Megawati sempat dipalsukan
Megawati mengaku tanda tangannya sempat dipalsukan dalam surat rekomendasi untuk Pilkada 2020 di Surabaya.
"Sampai tanda tangan saya saja kemarin di Surabaya itu sampai dipalsukan, kan heboh itu viral. Yang dicalonkan Mbak Puti, itu ponakan saya, putrinya Pak Guntur. Tega-teganya coba," kata Megawati dalam siaran virtual, Rabu, 2 September 2020.
Megawati mengatakan pemalsuan tanda tangan itu menunjukkan bahwa ia tak bisa dibayar dalam memutuskan calon yang diusung. Sehingga, ada pihak yang akhirnya membuat surat dibubuhi tanda tangan palsu.
Menurut Megawati, surat rekomendasi untuk pasangan calon kepala daerah-wakil kepala daerah yang asli dari PDIP dilengkapi dengan barcode khusus. Hanya ia dan putranya, Prananda Prabowo, yang tahu perihal barcode tersebut.
"Artinya sulit sekali dipalsukan. Jadi sampai seperti itu lho. Kalau ada yang palsu-palsu ya gampang, saya langsung tahu," ujar Megawati.