TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Redaksi Tempo.co Setri Yasra menjelaskan kronologis peretasan situs Tempo pada Jumat, 21 Agustus 2020.
Dia mengatakan situs Tempo diretas tak cuma sekali, melainkan dua kali. “Peretasan itu terjadi mendadak dan berkali-kali,” kata Setri dalam diskusi dari SmartFM, Sabtu, 22 Agustus 2020.
Setri menceritakan situs tempo.co pertama kali tidak bisa diakses pada pukul 00.00 WIB dengan layar putih bertuliskan 403 forbidden. Setengah jam kemudian, situs berubah menjadi warna hitam dan ada iringan lagu Gugur Bunga selama 15 menit.
Di dalamnya, ada tulisan: Stop Hoax, Jangan BOHONGI Rakyat Indonesia, Kembali ke etika jurnalistik yang benar patuhi dewan pers. Jangan berdasarkan ORANG yang BAYAR saja. Deface By @xdigeeembok. Ketika diklik, maka akan beralih langsung ke akun twitter @xdigeeembok. Akun ini bergabung di twitter sejak Juli 2009 dan memiliki 465 ribu pengikut.
Menurut pantauan Tempo, pada pukul 00.51 WIB, akun @xdigeeembok menuliskan cuitan #KodeEtikJurnalistikHargaMati. Lalu diikuti dengan cuitan kedua bertuliskan, "Malam Jumat ada yg lembur. Mampus... db bye... bye... bye..." Lewat kolom komentar, sejumlah netizen pun mengunggah cuplikan layar dari situs tempo.co yang sudah diretas. Akun @xdigeeembok pun mengomentari salah satunya dengan balasan Peringatan Mesra.
Setri mengatakan pada pukul 01.24 WIB, tim dari tempo.co sudah bisa mengambil alih situs. Layar hitam hilang berganti menjadi layar putih bertuliskan "We'll be back soon!”. Beberapa menit kemudian, situs tempo.co sudah kembali normal.
Akan tetapi pada pukul 02.26 WIB, Setri mengatakan situs tempo.co kembali diserang dengan tampilan yang serupa dengan aksi pertama. Berselang 5 menit, tim dari tempo.co sudah bisa mengambil alih kembali situs. “Ada upaya perlawanan dari kami,” kata dia.
Setri menduga aksi peretasan ini disebabkan oleh berita Tempo mengenai influencer yang dibayar untuk mengkampanyekan Omnibus Law RUU Cipta Kerja. Setri menganggap peretasan ini sebagai upaya membungkan kebebasan pers. Namun, teror tersebut tak mempengaruhi kerja jurnalistik Tempo. “Kami tetap bekerja normal,” kata dia.