TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Komunikunten Hariqo Wibawa Satria menilai serangan terhadap Tempo terencana dan sistematis. Dia menemukan adanya mobilisasi akun media sosial terindikasi palsu untuk membenarkan peretasan terhadap situs tempo.co.
“Untuk membenarkan peretasan itu muncul berbagai akun, yang menyatakan Tempo sudah pantas untuk diretas, terlihat ada upaya seperti itu,”kata Hariqo dalam diskusi daring SmartFM, Sabtu, 22 Agustus 2020.
Hariqo menuturkan akun palsu itu melontarkan komentar di sejumlah situs media massa online yang memberitakan soal aksi peretasan. Pesan yang disampaikan serupa, yaitu membenarkan aksi peretasan dengan dalih Tempo tidak kredibel.
“Jadi ini memang cukup terencana, artinya bukan hanya dihack, tapi juga menggunakan akun-akun di Twitter dan Facebook untuk memobilisasi bahwa tempo tidak kredibel,” kata dia.
Situs Tempo diretas pada Jumat, 21 Agustus 2020 sekitar pukul 00.40 WIB. Saat diretas, tampilan ditutupi oleh layar hitam. Di dalamnya tertulis, "Stop Hoax, Jangan BOHONGI Rakyat Indonesia, Kembali ke etika jurnalistik yang benar patuhi dewan pers. Jangan berdasarkan ORANG yang BAYAR saja. Deface By @xdigeeembok." Ketika diklik, maka akan beralih langsung ke akun twitter @xdigeeembok. Di twitter, sang pemilik akun menuliskan cuitan #KodeEtikJurnalistikHargaMati pada pukul 00.51 WIB.
Pemimpin Redaksi Tempo.co Setri Yasra membenarkan adanya aksi peretasan berkali-kali terhadap situs berita tempo.co dari Tempo Media Group. Setri menganggap aksi ini salah satu upaya mengganggu kerja jurnalistik yang sedang dilakukan, aktivitas rutin yang dilakukan dan diatur oleh Undang-Undang atau UU Pers.
"Kami mengecam siapapun yang berupaya mengganggu tugas media dalam memenuhi hak publik atas informasi yang relevan dan terpercaya," kata Setri saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 21 Agustus 2020.
Setri juga mengatakan berbagai upaya mengganggu tersebut dikategorikan sebagai upaya pembungkaman. Menurut dia, upaya ini tidak akan berdampak apa-apa terhadap Tempo. Menurut dia, Tempo akan tetap dan terus bekerja seperti biasa. "Menyampaikan informasi di lapangan untuk kepentingan publik dan republik," kata dia.