TEMPO.CO, Jakarta-Wartawan senior yang juga dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Masmimar Mangiang, meninggal pada Senin petang, 29 Juni 2020 sekitar pukul 18.55 WIB. Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Toriq Hadad mengatakan mendapat kabar wafatnya bekas Pemimpin Redaksi Harian Neraca itu selepas magrib.
"Saya dapat informasi sudah lewat magrib, beberapa orang mengabari," ujar Toriq kepada Tempo, Senin malam, 29 Juni 2020. Sekitar satu bulan lalu, kata Thoriq, ia mengatakan sempat mendapat kabar bahwa pengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) itu sakit keras.
Dilansir dari laman resmi LPDS, Masmimar tercatat pernah menjadi pengajar di lembaga tersebut sejak tahun 1989. Sebelum menakhodai Neraca, Masmimar sempat menjadi ombudsman di majalah Pantau, serta wartawan harian Kami, harian Pedoman, jurnal Prisma, majalah Fokus, dan majalah Tempo.
Sepanjang hayatnya, kata Toriq, Masmimar dikenal sebagai pribadi pendidik dan seorang yang sangat berdedikasi kepada dunia pers. Beberapa kali Masmimar datang ke pengadilan pada sejumlah kasus pers, selain juga pada peristiwa pembredelan Tempo pada 1994.
"Saya kira Masmimar sudah banyak sekali melakukan hal untuk pers Indonesia. Beliau akan dikenang sebagai salah satu pembela pers Indonesia, sampai kondisi sekarang kita mendapatkan kebebasan," ujar Toriq.
Tak hanya datang ke pengadilan saat ada media yang terkena kasus, Toriq mengatakan Masmimar juga ikut serta berjuang membela kebebasan pers pada era Presiden Soeharto. Saat Majalah Tempo, Editor dan Tabloid DeTIK dibredel, Masmimar juga kerap terlibat dalam pembelaan. "Dia selalu, malam-malam masih suka datang, setelah dibredel. Masmimar selalu memberi semangat kepada kita dan ikut demonstrasi, ikut datang dan seterusnya," ujar Toriq.
Toriq pun mengenang kala dia dan sejumlah koleganya dinyatakan tidak boleh bekerja lagi di dunia jurnalistik setelah Tempo dibredel. Saat itu, Masmimar sebagai Pemimpin Redaksi Neraca memberanikan diri menampung Toriq dan sejumlah wartawan Tempo untuk bisa menulis di medianya sebagai koresponden. Meskipun, hal tersebut hanya berlangsung sekitar tiga bulan karena pemerintah meminta pemilik Neraca untuk tidak mempekerjakan Toriq dan kawan-kawan.
Atas segala sepak terjang Masmimar tersebut, Toriq mengenang pria kelahiran Limbanang, September 1949, itu sebagai salah satu tokoh pers yang baik dan teguh kepada profesi jurnalistik. "Saya kira beliau meninggalkan hidup dan karir yang cemerlang di jurnalistik, tidak ada cacatnya. Karirnya luar biasa terjaga betul dan tidak pernah diselewengkan. Di situlah nilai lebihnya."
CAESAR AKBAR