TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengungkapkan alasan lebih menonjolkan sisi Jawa dalam sampul bukunya “Panggil Saya BTP”.
Ia menceritakan pernah diberi buku Pitutur Budaya Jawa oleh temannya. “Orang Jawa itu mau merendahkan diri sampai paling rendah. Seperti air. Kenapa saya tidak memilih berkarakter seperti orang Jawa?” kata Ahok seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2020.
Buku “Panggil Saya BTP” akan diluncurkan hari ini, Senin, 17 Februari 2020, dalam acara Ngobrol Tempo. Buku ini semacam diari yang mencatat perjalanan mantan Gubernur DKI ini selama di dalam penjara. Ia juga mencatat apa yang dirasakan atau yang dilakukan dari hari ke hari.
Desain buku itu dominan warna hitam-cokelat keemasan. Pada halaman depan sampul, terlihat foto Basuki berbusana adat Jawa. Pria asal Belitung Timur itu mengenakan beskap hitam dan blangkon Jawa.
Perubahannya yang lebih “njawani” itu, kata Ahok, tak berkaitan dengan kepentingan politik. “Kalau berpikir seperti itu, saya pindah agama sekalian. Lebih untung begitu. Saya tidak suka politik identitas. Apa adanya sajalah. Yang ngasih nama Basuki itu papa saya, bukan saya. Papa saya bilang, jangan pernah main-main soal agama,” ujarnya.
Adapun mengenai foto sampul di bukunya yang memakai busana adat Jawa, Ahok mengaku saat itu sedang melakukan persiapan untuk pernikahannya dengan istri barunya, Puput Nastiti Devi. “Sekalian aja saya minta fotografer memotret saya sendirian untuk sampul buku.”