TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh muda Papua, Samuel Tabuni, meminta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md meminta maaf atas komentarnya soal data korban tewas dan tahanan selama berlangsungnya operasi militer di Nduga, sebagai data sampah. Komentar itu, menurut dia, kembali melukai perasaan masyarakat Papua yang belum sepenuhnya pulih dari peristiwa rasialisme pada Agustus tahun lalu.
"Menko Polhukam ngomong itu sampah? Loh, masalah Papua bukan sampah. Papua bikin Indonesia besar. Dia harus minta maaf," katanya saat ditemui Tempo di Senayan, Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.
Menurut Samuel, orang Papua sama dengan manusia lain di bumi ini. Karena itu ucapan data sampah dianggap bisa menyinggung perasaan masyarakat Papua.
Pendiri Papua Language Institute ini juga meminta pemerintah menarik pasukan Polri/TNI dari daerah Nduga jika ingin menyelesaikan masalah di sana. Keberadaan aparat, kata dia, membuat masyarakat yang berada di pengungsian tertekan secara psikologis.
Jika ingin melibatkan aparat, kata politikus Nasdem ini, pemerintah sebaiknya menggunakan pasukan organik yang sejak awal bertugas di sana.
Mahfud Md telah mengklarifikasi ucapannya soal data sampah. Dia mengatakan ada salah tafsir dalam mengartikan ucapannya.
Ditemui di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 13 Februari 2020, Mahfud mengatakan konteks sampah yang ia maksud adalah terkait ucapan Veronica Koman yang menyebut telah menyerahkan data itu kepada Presiden Joko Widodo di Australia.
"Yang sampah itu adalah informasi bahwa Veronica Koman serahkan surat kepada Presiden, itu sampah, ndak ada," kata Mahfud.
Mahfud mengatakan ia juga ada bersama Jokowi saat berkunjung ke Australia. Ia menegaskan tak ada Veronica yang datang dan menyerahkan data korban tewas dan tahanan politik kepada Jokowi. Mahfud mengakui banyak surat yang masuk ke Jokowi selama di Australia. Namun surat-surat itu tak dibaca langsung di tempat.
"Itu kan orang rebutan nyerahkan map surat, ada nyerahkan foto bersama presiden yang dulu. Ada yang mau salaman. Kalau itu dicatat seperti biasa, tidak dibuka di situ nih surat, serahkan ke ajudan," kata Mahfud Md.