TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku tidak mengetahui keberadaan Harun Masiku. Hasto bahkan mengimbau agar Harun kooperatif.
"Saya tidak tahu,” kata Hasto di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Jumat 24 Januari 2020.
Ihwal suap yang dilakukan Harun kepada eks komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan, Hasto membantah mengetahui hal tersebut. Ia beralasan PDI Perjuangan telah menegaskan melalui surat edaran agar tidak menyalahgunakan kekuasaan, apalagi berkaitan dengan perbuatan yang melanggar hukum.
“Karena itulah rekan-rekan pers, sebaiknya kita percayakan proses penegakan hukum tersebut. Saya hadir karena saya percaya kepada seluruh proses penegakan hukum yang dilakukan KPK,” tuturnya.
Sebelumnya terjadi kesimpangsiuran soal keberadaan Harun di luar negeri. Direktorat Jenderal Imigrasi menyatakan Harun Masiku masih di luar negeri setelah operasi tangkap tangan KPK pada Kamis, 9 Januari 2020. Harun diketahui pergi ke Singapura pada 6 Januari 2020.
Data itu dipakai KPK untuk mencari Harun sampai muncul status buron. Namun Tempo menemukan fakta bahwa Harun Masiku sudah kembali lagi ke Indonesia 7 Januari 2020, yang artinya ketika operasi tangkap tangan KPK kepada Wahyu Setiawan terjadi, dia berada di Indonesia.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Imigrasi Arvin Gumilang menjelaskan keterlambatan data seperti kedatangan Harun Masiku di Soekarno-Hatta pada 7 Januari 2020 tak lazim terjadi. Biasanya hal semacam itu terjadi karena mati listrik di Soekarno-Hatta.
PT PLN (Persero) yang memasok listrik Bandara Soekarno-Hatta menampik dugaan adanya gangguan setrum dalam beberapa bulan belakangan. Menurut General Manager PLN Distribusi Banten Dody Pangaribuan, sekalipun ada gangguan, pengelola bandara sudah menyediakan pasokan cadangan untuk fasilitas yang dianggap vital. "Sejak Oktober 2019 tidak ada gangguan pasokan listrik PLN ke Bandara Soekarno-Hatta," kata Dody.