TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris PDIP Kota Surabaya, Baktiono, mengatakan pompa di Surabaya lebih siap menghadapi banjir ketimbang milik Jakarta. Sehingga, kata dia, genangan air saat hujan pada Rabu, 15 Januari 2020 bisa segera surut.
“Tidak ada dua jam air sudah surut karena pompa beroperasi semua. Bandingkan dengan Jakarta dari 250 pompa hanya 50 yang aktif ketika ada banjir besar,” kata Baktiono, Kamis, 16 Januari 2020. Pernyataan Baktiono merespon sejumlah netizen yang merisak Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani terkait banjir tersebut.
Menurut Baktiono, netizen yang merisak Risma tidak jernih dalam melihat kerja kerasnya. Sebab, kata dia, dibandingkan sepuluh tahun lalu, banjir di Surabaya sudah relatif jauh berkurang. “Saya kira perisakan di media sosial lebih karena faktor politis saja, dan itu sudah biasa,” ujar Baktiono.
Baktiono mengatakan permasalahan banjir di Surabaya tinggal dua, yakni di Jalan Mayjen Sungkono dan Sidotopo Wetan. Penyebabnya karena proyek box culvert di dua tempat belum beres. Di Jalan Mayjen Sungkono, proyek box culvert terhenti karena tertimpa dinding sebuah hotel.
Padahal, proyek box culvert di jalan dengan kontur tanah cekung itu penting untuk mengurai banjir yang acap menenggelamkan wilayah tersebut dari tahun ke tahun. “Proyek di sana macet lantaran di-police line, sebenarnya DPRD sudah merekomendasikan agar segera dilanjutkan,” kata dia.
Adapun di Sidotopo Wetan, ujar Baktiono, problemnya karena proyek box culvert tak diteruskan. DPRD, kata dia, sudah mendesak eksekutif agar pembangunan saluran tersebut cepat diselesaikan. “Karena kalau box culvert di Sidotopo Wetan mampat, seluruh Surabaya utara banjir,” katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan Wali Kota Risma sangat perhatian terhadap masalah banjir. Selain membangun 59 rumah pompa (untuk 200-an pompa), Risma juga membeli 111 genset untuk menopang bila listrik mati saat banjir tiba. “Pompa-pompa yang sudah tak maksimal langsung diganti,” katanya.