Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Toleransi, Akademisi: Jangan Terjebak Euforia dan Propaganda

Reporter

Editor

Purwanto

image-gnews
Seorang gadis menari sufi atau darwis dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Vihara Dhamma Mitra Arama, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 16 November 2019. FOTO;TEMPO/Abdi Purmono
Seorang gadis menari sufi atau darwis dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Vihara Dhamma Mitra Arama, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 16 November 2019. FOTO;TEMPO/Abdi Purmono
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Fariz Alnizar mengajak masyarakat untuk menggali makna filosofis terkait dengan toleransi antarsesama dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada 16 November.

"Isu toleransi memang penting. Namun yang tidak kalah penting adalah menggali makna filosofis di balik perayaan Hari Toleransi itu sendiri," kata dia dalam rilis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Ia mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak pada euforia dan propaganda yang jangan-jangan lupa untuk memaknainya dengan jernih.

Menurut dia, istilah toleransi secara filosofis memiliki makna yang dangkal. Hal itu disebabkan toleransi yang dibangun atas dasar ketidaksukaan dan ketidaksetujuan.

"Memang faktanya harus ada minimal dua syarat itu dulu, baru kita bisa bersikap toleran," kata dia.

Ia menjelaskan salah satu alternatif dan solusi untuk beranjak dari istilah toleransi adalah membumikan istilah akseptan, yakni sikap menerima apa adanya tanpa syarat ataupun pretensi. Dari sikap akseptan, maka akan lahir suatu harmoni kehidupan bermasyarakat.

Jika merujuk pada catatan geograf muslim Ibnu Khordadbih dalam buku Al-Masalik Wal Mamalik, ujar dia, masyarakat nusantara zaman dahulu digambarkan sebagai kaum yang memiliki kesantunan keramahan, kejujuran, kosmopolit, terbuka, dan multikultural.

Bukan saja toleran, kata dia, melainkan satu tingkat di atasnya yakni menerima orang lain sebagai bagian dari dirinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Dengan kata lain tidak ada orang asing," katanya.

Bahkan, kata dia, pada tingkat tertentu segala sesuatu yang bersifat asing tidak dimaknai sebagai ancaman, justru bagian yang menyempurnakan.

Ia menyampaikan aspek lain yang menjadi kedangkalan istilah toleransi adalah dibatasi oleh kadar. Contohnya, seseorang bisa memaklumi yang lainnya untuk bersikap ini dan itu, tapi sampai kadar tertentu asalkan tidak melanggar batas dan hak-hak asasi satu sama lain.

"Jika leluhur kita dulu bisa menerima yang asing sebagai bagian diri mereka, harusnya kita lebih," ujarnya.

Faktanya, katanya, masyarakat saat ini semakin hari semakin tidak memiliki kemampuan menerima dan mendudukkan yang lain sebagai bagian dari penyempurnaan. Orang-orang hanya sibuk mempertajam perbedaan dan menggarisbawahi ketidaksamaan.

Padahal, katanya, seharusnya setiap individu dalam kehidupan sehari-hari meneladani sikap para leluhur di mana harus menoleransi serta menerima orang lain sebagai bagian dari sesuatu yang berguna untuk membentuk identitas.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

24 hari lalu

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir saat diwawancarai tempo di Pesatren Diniyah Puteri Padang Panjang. TEMPO/Fachri Hamzah
Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

Menurut Haedar, maklumat yang disampaikan Muhammadiyah lebih awal tak bermaksud mendahului pihak tertentu dalam penentuan Idulfitri.


Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

31 hari lalu

Miniatur Toleransi dari Tapanuli Utara

Bupati Nikson Nababan berhasil membangun kerukunan dan persatuan antarumat beragama. Menjadi percontohan toleransi.


Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

58 hari lalu

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka meninjau Taman Balekambang Solo yang baru saja selesai direvitalisasi, pada H-1 pelaksanaan Pemilu 2024, Selasa, 13 Februari 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Peringkat Solo Merosot Sebagai Kota Paling Toleran, Walkot Susun Perda Toleransi

Hal itu dilakukan setelah turunnya peringkat Kota Solo sebagai kota paling toleran di Indonesia.


Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

10 Februari 2024

Tradisi tuk panjang dalam menyambut perayaan Imlek yang berlangsung di kawasan Pecinan, Semarang, Kamis (8/2/2024). (ANTARA/Pemkot Semarang)
Uniknya Perayaan Imlek di Semarang, Ada Tradisi Tuk Panjang Simbol Toleransi

Tradisi tuk panjang biasanya dilakukan orang Tionghoa di rumah orang paling tua, tetapi di Semarang dilakukan di jalanan menjelang Imlek.


Satgas Damai Cartenz Bantah Klaim Jubir KKB OPM Ihwal 2 Kampung Dibakar oleh TNI-Polri

6 Februari 2024

 Kabag Humas Operasi Satgas Damai Cartenz 2024 AKBP Bayu Suseno. Dok: Satgas Damai Cartenz.
Satgas Damai Cartenz Bantah Klaim Jubir KKB OPM Ihwal 2 Kampung Dibakar oleh TNI-Polri

Kasatgas Humas Damai Cartenz menyebutkan klaim KKB OPM soal pembakaran kampung merupakan propaganda.


Dosen Monash University Indonesia: Sebagai Pengguna Medsos Terbesar di Asia Tenggara, Waspada Propaganda Partisipatif

22 Januari 2024

Penulis buku, DR Ika Idris memaparkan sejumlah aspek pada buku yang ditulisnya didampingi panelis Putu Widjanarko Ph.D di Jakarta, Jumat 19 Januari 2024. Foto: Istimewa
Dosen Monash University Indonesia: Sebagai Pengguna Medsos Terbesar di Asia Tenggara, Waspada Propaganda Partisipatif

Dosen senior Monash University Indonesia, Ika Idris, mengatakan Indonesia tercatat sebagai pengguna medsos terbesar di Asia Tenggara harus waspada.


Mahfud Md Bicara Toleransi: Sejak Kecil Orang Indonesia Sudah Biasa dengan Perbedaan

15 Januari 2024

Calon Wakil Presiden nomor urut 03, Mahfud MD, melakukan ziarah ke makam syarifah Almababah Khadijah atau yang dikenal sebagai Mbah Ratu Ayu di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Jumat 12 Januari 2024. DOK. FOTO/TPN Ganjar-Mahfud
Mahfud Md Bicara Toleransi: Sejak Kecil Orang Indonesia Sudah Biasa dengan Perbedaan

Mahfud Md menyebut sejatinya soal kerukunan, kesamaan kedudukan hukum, antarumat beragama sudah selesai sejak lama.


Mengaku Punya Teman Pendeta, Mahfud Md: Dia Antar Saya ke Masjid

4 Januari 2024

Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md menemui awak media usai berziarah ke makam Mohammad Hatta alias Bung Hatta di Taman Makam Pahlawan Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Selasa sore, 2 Januari 2024. Tempo/ Adil Al Hasan
Mengaku Punya Teman Pendeta, Mahfud Md: Dia Antar Saya ke Masjid

Mahfud Md membagikan kisah persahabatannya dengan seorang pendeta di Yogyakarta.


Perang Propaganda: Hamas Vs Israel, Siapa Pemenangnya?

5 Desember 2023

Militan Hamas mengawal para sandera yang diserahkan pada Palang Merah Internasional, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel di tengah gencatan senjata sementara, di lokasi yang tidak diketahui di Israel.  Hamas Military Wing/Handout via REUTERS
Perang Propaganda: Hamas Vs Israel, Siapa Pemenangnya?

Propaganda perang juga dilakukan kedua pihak yang bertikai dalam konflik Gaza, Hamas vs Israel.


4 Jenis Propaganda, Salah Satunya Kerap Digunakan Saat Pemilu

3 Desember 2023

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
4 Jenis Propaganda, Salah Satunya Kerap Digunakan Saat Pemilu

Pemilu Malaysia dan Filipina merupakan contoh propaganda dapat menimbulkan konflik, sesuatu yang perlu diantisipasi pada Pemilu 2024 di Indonesia