TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo membantah ada tujuh warga sipil yang tewas saat kerusuhan di Kabupaten Deiyai, Papua. "Sudah saya konfirmasi langsung ke Polda Papua bahwa informasi tersebut tidak benar," kata Dedi di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin, 2 September 2019.
Dedi mengatakan, informasi terbaru mengenai jumlah korban tewas kerusuhan Deiyai adalah 2 warga sipil dan 1 anggota TNI. "Kemudian 3 anggota Polri yang terluka serta dua anggota TNI yang terluka. Itu masih kita update semuanya," katanya.
Insiden berakhir kerusuhan itu berawal dari demo yang dilakukan sekitar 100 orang di halaman kantor bupati Deiyai, pada Rabu 28 Agustus 2019. Namun tiba-tiba datang sekitar 1.000-an orang yang berlari-lari kecil dan sebagian di antara menyerang aparat keamanan.
Untuk informasi 7-8 warga sipil yang tewas, menurut Dedi, masih belum dapat diklarifikasi. Ia pun menyangsikan data dari pihak gereja yang menyebut ada 7 warga sipil tewas sebagaimana dirujuk oleh beberapa media.
"Pihak gereja apa punya data yang lebih konkrit? Anggota di sana sudah bekerja secara maksimal. Yang jelas dan yang terpenting bagaimana kita menjaga situasi Papua tetap kondusif, seluruh aktivitas masyarakat bisa berjalan normal seperti biasa," kata dia.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Rudolf Rodja sebelumnya juga memastikan ada 2 warga sipil yang tewas dan seorang TNI AD meninggal dalam kerusuhan Deiyai.
Rodja mengatakan insiden itu berawal dari unjuk rasa yang dilakukan sekitar 100 orang di halaman Kantor Bupati Deiyai. Kemudian, ada massa yang berlari dan menyerang petugas kepolisian dan TNI yang berjaga.
Bahkan, Rodja mengatakan massa menyerang mobil anggota TNI dan merampas senjata api yang berada di dalam kendaraan. Belakangan, Menko Polhukam Wiranto mengatakan bahwa 10 pucuk senjata api itu telah dikembalikan.