INFO JABAR — Sumber daya manusia (SDM) pun harus disiapkan dengan baik, termasuk lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berhadapan langsung dengan dunia industri. Mengembangkan dan merevitalisasi pendidikan vokasi atau SMK merupakan salah satu upaya menyiapkan SDM Jabar yang berkualitas.
Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, menyatakan hal itu pada acara “Capacity Building SMK Bisa: Link & Match dengan Industri Jawa Barat” di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis, 29 Agustus 2019.
"Jika Indonesia dan Jawa Barat ingin menjadi hebat, harus memenuhi tiga syarat, yaitu pertumbuhan ekonomi dijaga pada angka minimal lima persen, demokrasi kondusif, dan milenial atau Gen Z yang kompetitif," kata Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar.
Emil menjelaskan tujuan revitalisasi lembaga vokasi adalah kecocokan alias link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), misalnya dengan mendorong jurusan yang menjadi tren, seperti jurusan kopi dan animasi, fokus kepada praktik, serta mendorong fleksibilitas sekolah dalam menyusun kurikulum bersama DUDI.
Hal itu juga sesuai dengan arahan Presiden bahwa fokus pembangunan di 2019 adalah peningkatan kualitas SDM utamanya melalui vokasi. Terkait banyaknya jumlah pengangguran yang disumbang SMK, menurut Emil, masalah tersebut dipengaruhi empat hal, yakni laju ekonomi yang melambat, lulusan tidak punya fighting spirit, kurikulum tidak up to date, serta tidak adanya hubungan baik dengan industri.
“Sehingga perlu upaya bersama, iklim investasi yang baik agar industri terus tumbuh sekaligus membangun keselarasan antara kurikulum sekolah dan industri,” ujar Emil.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika, link and match SMK dan perusahaan merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Dinas Pendidikan Jabar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta pihak industri/perusahaan.
Pada 2018, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar juga telah melakukan pilot project kurikulum kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh link and match di saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia.
Jawa Barat memiliki 2.950 SMK, 9,6 persen di antaranya adalah SMK negeri, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu merupakan peluang serta potensi yang sangat strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.
"Sebagian besar (SMK) dikelola swasta, sekitar 735 membuka teknik kendaraan ringan otomotif," kata Dewi.
Adapun Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, RI M. Bakrun, mengatakan link and match sekolah vokasi dan industri merupakan hal yang wajib dilakukan agar lulusan bisa diserap dengan tepat oleh perusahaan. (*)