TEMPO.CO, Jakarta - Surabaya akan memilih wali kota baru pada September 2020. Wali Kota Tri Rismaharini tak akan bisa mencalonkan diri lagi karena sudah dua periode. Nama-nama baru calon pengganti Risma pun kini mulai beredar di masyarakat Surabaya.
Baca juga: Soal Pemindahan Ibu Kota, Risma: Bukannya Saya Tak Setuju...
Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono menilai Pilkada Surabaya akan menarik melihat perkembangan nama-nama yang muncul dan telah mendeklarasikan diri untuk maju.
"Semua partai tentu ingin menang, dan pertarungan kecermatan dalam memilih calon yang dicalonkan akan menjadi kunci kemenangan dalam Pilkada Surabaya," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, SCG melihat belum ada calon yang mempunyai keteguhan elektabilitas seperti yang dimiliki Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Justru ini, kata dia, menjadi sangat terbuka bagi semua calon untuk ikut meramaikan Pilkada Surabaya.
Adapun beberapa nama yang muncul antara lain, Whisnu Sakti Buana, Eri Cahyadi, Hendro Gunawan, M Machmud, dan M. Sholeh.
Whisnu Sakti Buana saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya. Whisnu digadang-gadang bakal menggantikan Risma oleh DPC PDIP Surabaya. Nama Whisnu muncul sebagai satu-satunya nama yang diusulkan 31 Pengurus Anak Cabang PDIP Surabaya.
Whisnu sebelumnya adalah Ketua DPC PDIP Surabaya. Namun kursinya baru saja digantikan oleh Adi Sutarwijono. Keputusan ini dibuat oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang dibacakan dalam konferensi cabang pada Ahad, 7 Juli 2019.
Berdasarkan survei Surabaya Survey Center (SSC) nama Whisnu Sakti Buana masih cukup kuat dengan elektabilitas mencapai 15,4 persen. Meski, angka ini jauh dari angka psikologi sebesar 50 persen.
Bursa calon wali kota Surabaya juga diisi oleh nama Hendro Gunawan dan Eri Cahyadi. Keduanya adalah birokrat yang merupakan anak buah Risma saat ini.
Hendro Gunawan merupakan Sekretaris Kota Surabaya. Namanya digadang-gadang jadi pengganti Risma karena dianggap mengetahui seluk beluk pembangunan kota Surabaya.
Adapun Eri Cahyadi merupakan birokrat karier yang saat ini menjadi Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya. Eri dinilai sebagai aktor di balik layar atas keberhasilan Risma membangun Surabaya.
Dukungan untuk Eri pun mengalir dari Komunitas Kiai Kampung dan Pesantren Kreatif Surabaya. Pembina Asosiasi Pesantren Indonesia Kreatif (APIK) Dr KH Muhammad Zakki, MSi mengatakan, Eri masih muda, wajahnya milenial pula.
"Insya Allah larinya akan gesit dalam membangun Kota Surabaya seperti seniornya Bu Risma," katanya di sela kegiatan yang dilakukan Jamaah Pengajian "Ngaji Sugih" Pesantren Mukmin Mandiri dan Komunitas Pesantren Kreatif Jatim, di Pesantren Mukmin Mandiri di Waru, Sidoarjo, Ahad 7 Juli 2019.
"Jika Bu Risma bisa 24 jam melayani warganya, Eri yang lebih muda harus bisa lebih dari itu," katanya.
Menanggapi dukungan tersebut, Ery Cahyadi menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Jamaah Ngaji Sugih Pesantren Mukmin Mandiri dan Komunitas Pesantren Kreatif.
"Saya akan tetap seperti biasanya, yakni merencanakan pembangunan Kota Surabaya yang lebih baik," katanya.
Nama lain yang muncul adalah M Sholeh yang menyatakan diri sebagai calon wali kota Surabaya dari jalur independen.
Ia menargetkan 135 ribu kartu tanda penduduk sebagai salah satu persyaratan pencalonan cawali independen di Pilkada Surabaya 2020 terpenuhi dalam waktu empat bulan.
"Targetnya 135 ribu terpenuhi, dalam waktu empat bulan. Prediksinya pembukaan pendaftaran cawali jalur independen Januari 2020. Setelah deklarasi ini langsung gas pol, mulai bekerja mengumpulkan KTP," kata M. Sholeh usai deklarasi sebagai Cawali Surabaya Independen di salah satu kafe di Surabaya, Kamis pekan lalu.
Nama lain yang juga terdengar yaitu M Machmud. Direktur Eksekutif Surabaya Consulting Group (SCG) Didik Prasetiyono menilai anggota DPRD Kota Surabaya tiga periode, M. Machmud, mempunyai modal elektoral berupa perolehan suara yang tinggi di Pileg 2019 atau mencapai 19 ribu suara untuk maju di Pilkada Surabaya 2020.
"Caleg terpilih dengan suara terbanyak merupakan potensi bagi partai-partai untuk menjadi modal awal pemenangan kontestasi pilkada karena mereka berpengalaman dalam penguasaan elektoral wilayah," kata Didik Prasetiyono di Surabaya, Kamis pekan lalu.
Nama lain yang muncul dalam bursa calon wali kota Surabaya adalah musisi Roy Jeconiah, Zahrul Azhar As’ad atau Gus Hans (Golkar), Irjen Pol (Pur) Machfud Arifin (Mantan Kapolda Jatim), dan Vinsensius Awey (NasDem).
Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengatakan, figur amat menentukan dan memberi sumbangsih porsi yang paling banyak dalam pemilihan kepala daerah.
Baca juga: Ini Jawaban Risma Jika Ditawari jadi Menteri Kabinet Jokowi
Menurut dia, Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang kompleks, dinamis dan heterogen. Pertumbuhan pemilih rasional juga kian signifikan.
Jika figurnya belum banyak beredar dan memiliki portofolio publik tentu lebih berat dan jalannya lebih terjal. Belum lagi meyakinkan kepada partai pengusung.
"Sesungguhnya menurut saya Surabaya ini butuh calon-calon yang tidak biasa-biasa saja butuh calon calon dengan kemampuan daya kejut yang wow," ujar Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) ini.