Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Didesak Bubarkan Koalisi, Kubu Jokowi: Demokrat Terbayang Setgab

Reporter

image-gnews
Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima (kiri) saat mengikuti Rapat Pimpinan Sementara dengan Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Kelompok DPD di Ruang Rapat GBHN, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 6 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima (kiri) saat mengikuti Rapat Pimpinan Sementara dengan Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Kelompok DPD di Ruang Rapat GBHN, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 6 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Program Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'rufAria Bima menilai usulan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik untuk membubarkan Koalisi Indonesia Kerja (KIK), pendukung Jokowi - Ma'ruf di pilpres 2019, tak lepas dari bayang-bayang sekretariat gabungan atau setgab di era Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Kalau itu (Setgab), kami juga tidak setuju. Kita bisa sama-sama mengawal presiden terpilih," ujar Aria saat ditemui di Posko Cemara, Jakarta pada Selasa, 11 Juni 2019.

Seusai memenangkan pemilu 2009, SBY membentuk Setgab yang berisi partai-partai koalisi pendukung saat pilpres. Sekretariat ini dibentuk untuk memperkuat koalisi pemerintahan setelah SBY menjadi presiden. Orang-orang dari partai koalisi ini pula yang otomatis mendominasi kabinet seusai SBY dilantik untuk periode kedua. Dengan kata lain, pembentukan Setgab memperkecil ruang partai yang semula berseberangan haluan untuk bergabung.

Baca juga: Soal Koalisi Prabowo - Sandi, Petinggi PAN Berbeda Pendapat

Aria mengatakan pada era calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi tentu tidak akan demikian. Partai-partai koalisi, ujar dia, juga tidak akan setuju jika dibentuk semacam Setgab.

Koalisi Jokowi, ujar Aria, masih membuka peluang kepada partai yang semula berkoalisi mendukung capres 02, Prabowo - Sandiaga Uno merapat ke koalisi mereka. "Demokrat atau Gerindra masih sangat mempunyai peluang yang sama untuk berkoalisi dengan koalisi Jokowi - Ma'ruf."

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik meminta agar dua kubu, baik Koalisi Indonesia Adil Makmur maupun Koalisi Indonesia Kerja membubarkan diri pascapilpres. Tujuannya untuk menghilangkan polarisasi di akar rumput dan membuat presiden terpilih leluasa memilih sendiri para menterinya untuk mengisi kabinet.

Usulan Rachland menuai kritik, paling keras datang dari kubu Jokowi yang menilai usulan Rachland sangat politis.  Menanggapi hal itu, Rachland kemudian cepat-cepat mengklarifikasi. "Apa yang saya sampaikan adalah proposal politik yang tidak didasari motif politik,” ujar Rachland dalam keterangan tertulis pada Senin, 10 Juni 2019. Usulnya, kata dia, sepenuhnya dituntun oleh keprihatinan terhadap akibat buruk polarisasi yang dalam dan tajam di akar rumput antara pendukung Pak Jokowi melawan pendukung Prabowo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily menyindir usulan Rachland tersebut tak relevan. Toh, ujar dia, di zaman SBY, koalisi pendukung juga tidak dibubarkan pasca-pilpres. "Bahkan terinstitusionalisasi dalam Setgab yang terdiri atas parpol pendukung SBY dalam Pilpres 2009," ujar Ace Hasan saat dihubungi pada Senin, 11 Juni 2019.

Baca juga: Kubu Jokowi Tidak Ingin Koalisi Indonesia Adil Makmur Dibubarkan

Pembentukan Setgab era SBY pada 2009 ramai dipersoalkan. Partai Gerindra yang saat itu oposisi, menilai Setgab dibentuk karena kekuasaan SBY mulai goyah, sebab kadernya didera kasus Bank Century. Kasus ini memecah kekuatan koalisi. Partai-partai koalisi tak memiliki sikap dan pandangan yang sama. Beranjak dari kasus ini, awal mula muncul ide pembentukan Setgab untuk penguatan koalisi .

Dalam perjalanannya, Setgab tak berjalan harmonis. Koalisi pecah. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paling sering berbeda pendapat dengan kebijakan pemerintahan SBY. Sampai akhirnya menjelang akhir pemerintahan SBY, muncul satir, "Enggak usah dibubarkan, Setgab bubar sendiri."

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa saat itu, Marwan Jafar mengatakan sekretariat gabungan partai koalisi pendukung pemerintah sudah lama tak berkegiatan. "Sudah lama vakum," kata Marwan saat dihubungi, Rabu, 25 September 2013.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pakar Sebut Jokowi Bisa Cawe-cawe di Pilkada jika Berkongsi dengan Prabowo

2 jam lalu

Presiden Jokowi saat ditemui di Pasar Baru Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Rabu siang, 8 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Pakar Sebut Jokowi Bisa Cawe-cawe di Pilkada jika Berkongsi dengan Prabowo

Analisis pengamat apakah Jokowi masih akan cawe-cawe di pilkada 2024.


Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

6 jam lalu

Sekretaris Pribadi Ibu Negara Iriana Sendi Fardiansyah siap maju sebagai Calon Wali Kota Bogor. Foto: Isitimewa
Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

Sespri Iriana Sendi Fardiansyah melakukan sejumlah upaya dalam mempersiapkan diri maju dalam pemilihan wali kota Bogor. Begini kisahnya


Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

6 jam lalu

Ketua PP Muhammadiyah yang juga mantan Ketua KPK, M. Busyro Muqoddas. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas mendesak Pansel KPK tahun ini tidak sepenuhnya ditunjuk Jokowi


Soal Penolakan Gelora, PKS Sebut Diterima atau Tidak Urusan Prabowo

6 jam lalu

Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-jufri (kiri) memberikan tumpeng kepada Presiden PKS Ahmad Syaikhu (kanan) saat milad ke-22 PKS di kantor DPP PKS, Jakarta, Sabtu 27 April 2024. Tasyakuran milad ke-22 PKS tersebut dihadiri sejumlah kader dan ketua umum partai politik. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Soal Penolakan Gelora, PKS Sebut Diterima atau Tidak Urusan Prabowo

Saat ini, PKS dan pihak Prabowo masih terus berkomunikasi dua arah untuk membahas proses yang masih berjalan.


Demokrat Ungkap Alasan Tidak Satu Perahu Lagi dengan PKS di Pilkada Depok 2024

6 jam lalu

Logo Partai Demokrat
Demokrat Ungkap Alasan Tidak Satu Perahu Lagi dengan PKS di Pilkada Depok 2024

Ketua DPC Partai Demokrat Depok Edi Sitorus mengungkapkan alasan tidak lagi satu perahu dengan PKS pada Pilkada Depok 2024


Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaanya di Bidang Legislatif

7 jam lalu

Komisioner KPU Arief Budiman menunjukkan contoh surat suara Pemilihan Umum Presiden 2014 di Kantor KPU, Jakarta, Kamis, 5 Juni 2014. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan surat suara dalam Pilpres 2014 untuk dua pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan ukuran 18 x 23 cm, dari kertas seberat 80 gram. (Sumber: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/Asf/ama/14)
Guru Besar Hukum UI: Presiden Indonesia Paling Besar Kekuasaanya di Bidang Legislatif

Presiden Indonesia ikut dalam semua aktivitas legislasi mulai dari perencanaan, pengusulan, pembahasan, persetujuan hingga pengundangan.


Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

8 jam lalu

Prabowo dan Sri Mulyani. Instagram
Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan Jokowi sudah memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomunikasi dengan Prabowo.


Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis PPDS: Kuota Hanya 38, Depresi sampai Dibuli Senior

8 jam lalu

Ilustrasi dokter spesialis (ANTARA)
Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis PPDS: Kuota Hanya 38, Depresi sampai Dibuli Senior

Untuk tahun pertama Kementerian Kesehatan menyediakan 38 kursi PPDS, namun Jokowi minta kuotanya ditambah.


Rencana Kabinet Prabowo, Diskusi Koalisi hingga Timbal Balik Mendapat Dukungan Diberi Jabatan

9 jam lalu

Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto memberikan sambutan saat menghadiri acara halalbihalal dan silaturahmi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Seven, Jakarta Pusat, Minggu, 28 April 2024. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat seperti, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Menkominfo Budi Arie Setiadi, Menteri Investasi Bhlil Lahadalia hingga kedubes Arab Saudi. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Rencana Kabinet Prabowo, Diskusi Koalisi hingga Timbal Balik Mendapat Dukungan Diberi Jabatan

Partai politik di koalisi berebut pengaruh untuk bisa menempatkan kadernya di kabinet Prabowo


Syarat Pemasangan Foto Presiden dan Wakil Presiden di Kantor atau Instansi, Wajibkah?

9 jam lalu

Foto presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029 di jual di lapak penjual bingkai foto di Pasar Baru, Jakarta, Selasa 23 April 2024. Pasangan Prabowo - Gibran resmi keluar sebagai pemenang Pilpres 2024 setalah dalam sidang putusan PHPU Pilpres 2024 Mahkamah Konstitusi menolak semua permohonan sengketa pemilu yang diajukan oleh pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD. TEMPO/Subekti
Syarat Pemasangan Foto Presiden dan Wakil Presiden di Kantor atau Instansi, Wajibkah?

PDIP memberi klarifikasi mengapa tak ada foto Jokowi di kantor DPD PDIP Sumatera Utara. Wajibkah pemasangan foto presiden dan wakil presiden?