TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen mengancam akan membeberkan seluruh aib Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jika kader Partai Demokrat terus menanggapi pernyataannya. "Nanti saya buka semua aibnya, jangan macam-macamlah SBY. Dari situ sudah licik dia tho?” kata Kivlan, Sabtu, 11 Mei 2019.
Kivlan meminta SBY agar tidak banyak tingkah kalau tidak ingin aibnya dibuka ke publik. “Saya tahu aib-aibnya semua ini, termasuk Wiranto."
Baca: Tim Wiranto, Kivlan Zen: Mirip Pemerintah Soekarno dan Soeharto
Soal aib SBY, Kivlan juga meminta Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief bertanya kepada ketua umum Partai Demokrat itu tentang peristiwa pada 7 Oktober 1982 di Infantery Advance Corps atau sekolah lanjutan perwira, Fort Benning, Georgia. "Kenapa dia melarikan diri tiga hari dari kampus?"
Kivlan mengancam setelah Andi Arief menyebutnya pelaku bisnis massa demonstrasi. "Kivlan enggak peduli dengan berapa besar jatuh korban. Secara umum, Pak Kivlan tentara yang kurang mengerti taktik dan strategi dalam periode demokrasi sipil,” ujar Andi saat dihubungi Tempo pada Jumat, 10 Mei 2019.
Baca: Alasan Polri Cabut Cekal Kivlan Zen
Pernyataan Andi Arief ini merupakan balasan setelah Kivlan Zen menuding mantan aktivis mahasiswa itu adalah “setan gundul”. "Justru dia yang setan gundul. Andi Arief itu setan gundul, dia yang setan. Masak kita dibilang setan gundul.”
Baca juga: Dua Tim Purnawirawan TNI Hadang Prabowo di Pilpres 2019
Menurut Kivlan Zen, politikus Partai Demokrat tak jelas “kelaminnya”. “Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) nggak jelas kelaminnya, dia mau mencopot Prabowo supaya jangan jadi calon presiden dengan gayanya segala macam."
Kivlan punya rekam jejak menarik dalam jagat politik Indonesia. Pada Juni 2008, Kivlan sempat mendeklarasikan diri menjadi calon presiden dengan misi utama mendorong pembangunan pertanian dan energi terbarukan.
Agar cocok dengan ramalan Joyoboyo mengenai pemimpin Nusantara, ketika itu Kivlan sempat mengubah namanya menjadi Sutiyogo. Dia juga mengaku memiliki senjata pamungkas berupa keris tujuh lekuk setengah meter dari besi kuning, bernama Satrio P. Ketika ditanya reporter Majalah Tempo, apakah P itu berarti Piningit, Kivlan berujar "Biar orang lain menafsirkan, nanti geger Indonesia."
Pada 1998, Kivlan membuat kehebohan lain. Ketika itu, dia mengaku diperintahkan oleh Wiranto untuk membantu milisi sipil yang dipersenjatai, yang kemudian dikenal dengan nama Pasukan Pengamanan (PAM) Swakarsa. Bukunya tentang topik ini berjudul "Konflik dan Integrasi TNI AD" terbit pada Juni 2004 dan diedit oleh politikus Gerindra Fadli Zon. Ketika meluncurkan buku ini, Kivlan minta Wiranto mengembalikan uangnya sebesar Rp 5,7 miliar yang terpakai untuk pembiayaan PAM Swakarsa.