TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta berembug soal pemindahan Ibu Kota di Yogyakarta, 6/05. Mereka sepakat mengusulkan konsep kota hijau atau green city untuk ibu kota baru Indonesia. Ada pun lokasi yang tepat adalah kawasan di Kalimantan Timur atau Kalimantan Selatan.
Baca juga: Jokowi Minta Rencana Pemindahan Ibu Kota Berjalan Inklusif
Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Sri Puji Saraswati mengatakan Kalimantan merupakan daerah yang kaya keanekaragaman hayati melalui hutannya. Kalimantan menjadi kawasan konservasi plasma nuftah, yakni orangutan.
Indonesia selama ini mendapatkan sorotan dari kalangan internasional karena degradasi lingkungan akibat masifnya perkebunan kelapa sawit. Pemindahan ibu kota baru ke Kalimantan bisa menjadi ajang pembuktian kepada kalangan internasional bahwa Indonesia berupaya serius untuk mengatasi masalah lingkungan.
Salah satu yang bia dilakukan adalah menghijaukan kembali hutan Kalimantan yang rusak. “Kalimantan sangat seksi dari sisi lingkungan hidup,” kata dia dalam dalam diskusi terbatas bertajuk Rencana Pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia di ruang sidang pimpinan Fakultas Teknik, Senin, 6 Mei 2019.
Dia menyarankan agar pemerintah benar-benar serius memikirkan ibu kota yang baik dari sisi lingkungan, misalnya bebas limbah industri. Pemerintah bisa mencontoh Canberra sebagai ibu kota pemerintahan Australia yang berhasil menerapkan konsep kota hijau, sepi, dan terpisah dari industri.
Di negara-negara maju, kata dia pusat pemerintahan menempati kawasan yang bebas industri. Daerah itu kemudian menjadi lokasi digelarnya banyak seminar dan pertemuan internasional.
Dalam diskusi itu, sejumlah dosen Fakultas Teknik sepakat menyarankan Kalimantan dan bukan lahan gambut sebagai calon ibu kota. Mereka menilai pemilihan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kurang tepat karena potensi kebakaran lahan gambut yang pernah terjadi. Dampaknya adalah tidak optimalnya fungsi pemerintahan dan aktivitas masyarakat.
Kota dengan kepadatan penduduk yang rendah di Kalimantan sangat tepat sebagai calon ibu kota Indonesia untuk aspek kependudukan dan sosial budaya. Selain itu, perlu mempertimbangkan potensi konflik sosial-budaya. “Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan lebih heterogen masyarakatnya,” kata Dekan Fakultas Teknik, Nizam.
Secara geostrategi, calon ibu kota juga bisa berada di sekitar pesisir Kalimantan Timur atau Kalimantan Selatan. Secara morfologi, laut di kawasan itu bisa diakses oleh kapal dengan skala muatan besar.
SHINTA MAHARANI (Yogyakarta)