TEMPO.CO, Jakarta - Bukalapak dan CEO Ahmad Zaky menjadi sorotan setelah menyoal industri 4.0 serta dana riset dan pengembangannya dari negara. Awal bulan Februari lalu, alumni ITB itu juga pernah mengungkap kecilnya dana riset dan pemerintah saat kuliah umum bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir di ITB. Namun saat itu tanpa embel-embel presiden baru.
Baca juga: Usai Bertemu Achmad Zaky, Jokowi: Stop Uninstall Bukalapak, Stop
Kuliah umum itu diawali peluncuran salah satunya Pusat-Inovasi Artificial Intelligent (AI) dan Cloud kerjasama dengan e-commerce Bukalapak. Menristekdikti M. Nasir yang hadir mengapresiasi Bukalapak sebagai start-up unicorn produk anak bangsa yang membuka pusat riset di dalam kampus. "Bukalapak juga kapitalisasi asetnya US$1 miliar, ini satu-satunya pusat riset di Indonesia," kata Nasir, 1 Februari 2019.
CEO Bukalapak Ahmad Zaky mengatakan pihaknya ingin bisa naik tingkat tidak hanya bisnis berbasis komoditi. Bersama dua rekan sesama alumni Teknik Informatika ITB Informatika mereka merintis usahanya pada 2010 dari tempat kos ke rumah toko. "Mimpinya sederhana, kami melihat kenapa Indonesia tidak bisa menciptakan produk teknologi," katanya.
Menurut Zaky, Bukalapak kini memiliki 1000 insinyur dan mereka 100 persen orang Indonesia. "Kebanyakan dari ITB. Mereka adalah generasi baru talenta Indonesia yang akan jadi pencipta baru Google, Facebook, mereka sementara di Bukalapak dulu," kata Zaky.
Dari pusat riset di ITB mereka berharap lahir talenta berbasis teknologi. "Bujet riset Indonesia masih kecil, perlu bantuan swasta," ujarnya.
Belakangan di akun Twitternya CEO Bukalapak Ahmad Zaky berkicau bahwa omong kosong industri 4.0 jika budget riset dan pengembangan negara seperti saat ini. Ia membandingkan angkanya dengan beberapa negara.
Baca juga: Kata Achmad Zaky, Jokowi Akan Minta Masyarakat Install Bukalapak
Zaky membandingkan dengan dana riset dan pengembangan di Amerika sebesar US$ 511 miliar, Cina US$ 451 miliar, Jepang US$ 165 miliar, Jerman US$ 118 miliar, Korea US$ 91 miliar, Taiwan US$ 33 miliar, Australia US$ 23 miliar, Malaysia US$ 10 miliar, Singapore US$ 10 miliar, dan Indonesia US$ 2 miliar.
Menutup keluhan tersebut, Zaky berharap ada perubahan dengan Pemilihan Presiden tahun ini. "Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin," katanya. Kicauan Zaky itu menyebabkan viral tagar #Uninstallbukalapak di sosial media.