TEMPO.CO, Jakarta - Tertangkapnya terorisme bernama Harry Kuncoro alias Wahyu Nugroho alias Uceng pada awal Januari 2019 lalu oleh tim Detasemen Khusus Antiteror 88 atau Densus 88, menambah daftar panjang jumlah teroris yang ada di Indonesia yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia atau ISIS.
Baca: Densus 88 Tangkap Terduga Penyandang Dana Kelompok ISIS Indonesia
Harry Kuncoro diduga aktif memberikan uang kepada beberapa kelompok yang berada dalam sel tidur di Indonesia. Peran Harry ini sangat penting dalam aksi terorisme karena memiliki jaringan yang kuat ke luar negeri. Bahkan hubungannya dengan pihak Suriah sangat intens.
“Di organisasi ISIS di Suriah Abu Walid sangat aktif sebagai algojo. Ia sudah tewas pada 29 Januari 2019. Namun dari hasil komunikasi intens antara Abu Walid dengan HK, yang bersangkutan memberikan saran kepada tersangka HK untuk segera bergabung ke Suriah dengan transfer duit Rp 30 juta untuk dokumen keberangkatan termasuk tiket,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Senin, 11 Februari 2019.
Baca: Harry Kuncoro, Donatur ISIS, Pernah Bantu Umar Patek Kabur
Harry ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, saat hendak ke Suriah pada 3 Januari 2019. Dedi mengatakan Densus 88 telah mendeteksi gerak-gerik Harry dan melakukan penangkapan setelah memiliki alat bukti yang cukup. Densus 88 juga menemukan bukti keterlibatan Harry dalam berbagai aksi teror di Indonesia.
Berikut beberapa teroris warga negara Indonesia (WNI) yang memiliki hubungan dengan ISIS:
1. Abu Walid
Muhammad Syaifudin alias Muhammad Yusuf Karim Faiz alias Abu Walid merupakan WNI yang menjadi algojo di ISIS, Suriah. Ia mulai dikenal dari peristiwa kerusuhan Ambon pada 1999. Saat itu, Abu Walid bersama saudara kembarnya disebut ikut dalam kerusuhan tersebut.
Abu Walid. Istimewa
Abu Walid pernah ditangkap di Filipina. Pada 2013, dia dibebaskan dan dipulangkan ke Indonesia. Beberapa saat kemudian, pria itu menghilang. Ia beberapa kali muncul dalam video propaganda ISIS yang disebarkan. Dia disebut-sebut sebagai salah satu tokoh penting di kelompok ISIS. Pada Agustus tahun lalu, pemerintah Amerika Serikat memasukkan namanya dalam daftar hitam.
Pentolan ISIS asal Indonesia ini dikabarkan tewas dalam sebuah serangan di Suriah pada Januari 2019 lalu. Hingga saat ini keluarga belum memperoleh informasi resmi dari pemerintah terkait kabar tersebut.