Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belajar dari Kebugaran Soeharto

image-gnews
Iklan
Mampu mengulur umur sampai 87 tahun, potensi umur mantan presiden Soeharto jauh di atas harapan hidup rata-rata orang Indonesia, yang sekitar 68 tahun. Selain karena bibitnya bagus, sebagai orang yang berasal dari desa, awalnya juga lantaran pola dan gaya hidup Pak Harto tidaklah modern. Bisa sama panjang dengan umur nelayan Okinawa, Jepang, populasi dengan harapan hidup tertinggi di dunia, 86 tahun, tubuh Pak Harto luar biasa. Pola dan gaya hidup modernlah penyebab terbesar kenapa orang mati sebelum ajal (premature death). Juga bukan kemauan Tuhan kalau umur rata-rata penduduk Boswana, Afrika, sekarang hanya 35 tahun, sedangkan umur harapan hidup orang Amerika 78 tahun. Ada rongrongan dari dalam dan luar tubuh yang tak teratasi, selain keliru menyikapi hidup.Secara biologis umur manusia berpotensi diulur sampai 120 tahun (biogenetic maximum life span, Dr Robert Butler). Belajar dari orang berumur panjang di dunia, mengisi gelas umur sampai penuh lebih pada soal seni bagaimana hidup. Upaya berumur panjang di mata medis merupakan kesempatan lebih dari sekadar desain tubuh. Makin maju kedokteran, makin besar kesempatan mengulur umur. Pak Harto sudah memanfaatkannya. Namun, tanpa sentuhan medis, kita melihat bayi tetangga mati hanya karena diare tidak diatasi. Hampir 99 persen tubuh manusia lahir sehat (Dr John Knowles). Kalau modal itu tidak diinvestasikan, gelas umur 120 tahun gagal terisi penuh. Tak sedikit kasus maut sebelum ajal terjadi. Sebagian besar karena ulah dan pilihan salah manusia.Andai dulu Pak Harto tidak jadi presiden, masih ndeso, menunya bukan steak, hidup tidak stres, tidak hanyut dalam perilaku tak elok, menurut perkiraan kalangan medis, perubahan itu tidak sampai merongrong organ-organ tubuhnya seperti sekarang. Gangguan usus diverticulitis Pak Harto dulu bisa jadi akibat pola makan desa berganti menu modern. Rajin main golf, memancing, mengendarai sepeda motor saja ternyata tidak lebih perkasa daripada desakan stres pada jantungnya. Efek jelek letih mengurus negara lebih dari 30 tahun tak kecil merongrong jiwa raga. Beratnya beban jiwa dihibahkan kepada tubuh. Oleh kesibukan berpolitik, tubuh kian dirusak lantaran jiwa berisiko guncang.Jahatnya StresSebagian besar penyakit orang sekarang, stres pencetusnya. Sejatinya dua pertiga penyakit yang diidap orang sebelum berumur 65 tahun tergolong yang bisa dicegah. Dua puluh lima tahun lalu Pak Harto sebagai presiden boleh jadi kurang penuh melakukan pencegahan sebagai investasi sehat. Boleh jadi gagal pula merawat ginjal. Kendati bibitnya panjang umur, karena rongrongan dari luar dan pilihan hidup yang salah, bakat panjang umur terkalahkan juga. Kalau saja dulu badan Pak Harto tidak dibiarkan gemuk, tidak sering memilih menu nasi kambing, dan memilih minggir, menepi, karena mampu memutuskan "sudah cukup", perkiraan medisnya mungkin tidak sampai jadi begini. Menurut penglihatan medis, terlambat minggir tergolong faktor risiko mencelakakan kesehatan juga.Studi Boeing, Lockheed and BellLab (Dr Sing Lin, 2002) mengungkap, mereka yang pensiun umur 55, harapan hidup bisa diulur sampai 86 tahun. Tapi yang baru pensiun 65 tahun, harapan hidupnya hanya 66,8 tahun. Masih tetap bekerja setelah berumur 55 tahun, setiap tahun kehilangan dua tahun umur harapan hidup akibat beban stres.Dalam KapsulMenjadi sehat sampai tua juga perlu investasi. Jika tidak, kesehatan menjadi ongkos. Investasi terbesar diberikan untuk meluruskan pola dan gaya hidup menjadi alami-kodrati, sebagaimana masa kecil yang ditempuh Pak Harto. Kembali ke menu nenek moyang, menjauhi yang serba kebarat-baratan ketika orang Barat sendiri menginsafi kekeliruannya memilih menu dan gaya hidup. Kalau membayar dokter juga ketika tidak sedang sakit, ongkos berobat menjadi lebih enteng. Tak perlu berobat lagi kalau sudah cerdas mencegah. Keliru memilih menu, tak tertib waktu jeda, dan miskin bergerak badan akar kebanyakan penyakit orang sekarang. Alih-alih berhasil mengisi gelas umur penuh-penuh, malah telanjur sakit-sakitan ketika umur masih di tengah jalan.Peran medis kecil saja dalam membantu orang agar tetap sehat. Apalagi dalam upaya mengulur umur sepenuh gelasnya. Percuma juga berumur panjang kalau tidak bugar. Sia-sia jika hidup sudah mapan, ada peluang, ada uang, tapi bergantung pada kapsul yang harus diminum. Berumur panjang dan masih sehat menjadi cita-cita semua orang di dunia.Kendati dibantu teknologi medis tinggi, Pak Harto akhirnya pasrah juga. Bisa jadi lantaran dulu tak melanjutkan investasi pola dan gaya hidup alami nelayan Okinawa yang rata-rata berumur seratusan tahun. Kita bisa banyak belajar dari situ. *) HANDRAWAN NADESUL, DOKTER, PENGASUH RUBRIK KESEHATAN, PENULIS BUKU
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pakar IPB Ungkap Dampak Nasi Beras Merah Campur dengan Putih

21 November 2023

Salah seorang pedagang menunjukan jenis beras sentra ramos di Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat, 19 Mei 2015. Beras yang berasal dari Karawang dengan merk sentra ramos diduga merupakan beras bercampur bahan sintetis. ANTARA FOTO
Pakar IPB Ungkap Dampak Nasi Beras Merah Campur dengan Putih

Mengonsumsi nasi atau beras merah saat ini dianggap menjadi sebuah solusi saat menjalani gaya hidup sehat.


Seragam Khusus Koruptor

13 Agustus 2008

Seragam Khusus Koruptor

Ide Komisi Pemberantasan Korupsi tentang seragam khusus dan memborgol koruptor baru-baru ini telah menjadi perbincangan hangat berbagai kalangan masyarakat.


Presiden Kaum Muda

1 Agustus 2008

Presiden Kaum Muda

Kini semakin banyak muncul calon presiden di republik ini. Rata-rata berusia di atas 40 tahun. Kalau menurut ukuran Komite Nasional Pemuda Indonesia, usia itu termasuk tua.


SOS Sektor Ketenagalistrikan

16 Juli 2008

SOS Sektor Ketenagalistrikan

Berbagai kebijakan yang digulirkan pemerintah, selain tidak kondusif untuk mengembangkan ketenagalistrikan secara sehat, bahkan, dalam banyak hal, justru bersifat destruktif terhadap sektor ketenagalistrikan itu sendiri.


Membersihkan Korupsi Kejaksaan

2 Juli 2008

Membersihkan Korupsi Kejaksaan

Bukti rekaman antara Artalyta Suryani dan pejabat tinggi Kejaksaan Agung yang diperdengarkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sungguh memukul dan membuat kecewa seluruh jajaran korps Adhiyaksa.


Urgensi Hak Angket BBM

27 Juni 2008

Urgensi Hak Angket BBM

Sesuai dengan Pasal 20-A UUD 1945 ayat (1), Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.


Meningkatkan Kedewasaan Bangsa

18 Juni 2008

Meningkatkan Kedewasaan Bangsa

Setelah sembilan tahun reformasi, adakah pers kita sudah lebih dewasa? Sebagai Ketua Umum Serikat Penerbit Suratkabar yang baru (menggantikan Bapak Jakob Oetama), saya harus banyak bertemu dengan tokoh pers dan keliling daerah se-Indonesia.


Mengkorupsi Bea dan Cukai

7 Juni 2008

Mengkorupsi Bea dan Cukai

Instansi Bea dan Cukai dalam beberapa hari ini telah menjadi sorotan publik yang luar biasa. Hal ini terjadi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan inspeksi mendadak di Kantor Pelayanan Utama Bea-Cukai Tanjung Priok, Jumat, 30 Mei 2008.


Menggali Jejak Kebangkitan

21 Mei 2008

Menggali Jejak Kebangkitan

Bagaimanakah kita harus memaknai seratus tahun kebangkitan nasional? Rasa-rasanya, bagi kebanyakan orang saat ini, sebuah perayaan sebagai bentuk parade sukacita bukanlah pilihan.


Gagalnya Manajemen Perparkiran

9 Mei 2008

Gagalnya Manajemen Perparkiran

Di tengah kegelisahan masyarakat atas melambungnya berbagai harga bahan kebutuhan pokok dan kenaikan harga bahan bakar minyak, Pemerintah DKI Jakarta justru menyeruak dengan kebijakan yang rada ganjil: menggembok mobil.