TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 17 peneliti dari Universitas Diponegoro yang turut menjadi korban tsunami Selat Sunda, berhasil dievakuasi oleh Direktorat Polair Baharkam Polri. Para peneliti itu termasuk dalam 29 orang yang saat bencana terjadi sedang berada di Pulau Sangiang, Banten.
Baca: Ditemukan Rapor Teronggok di Tepi Pantai Carita Pasca-Tsunami
"Satu dosen selamat, satu orang luka berat, lainnya luka ringan. Semuanya sudah berhasil dievakuasi," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Selasa, 25 Desember 2018.
Berdasarkan data dari Polri, 29 orang yang dievakuasi tersebut sudah dibawa ke Pelabuhan Kiat, Merak, untuk mendapat penanganan medis. Selain peneliti yang berjumlah 17, ada warga biasa yang berjumlah 12 orang.
Pulau Sangiang terletak di tengah-tengah Selat Sunda dan berdekatan dengan Anak Krakatau. Pulau Sangiang merupakan daerah yang terkena imbas letupan Anak Gunung Krakatau dan tsunami.
Baca: Kemendagri Terbitkan Akta Kematian Korban Tsunami Selat Sunda
Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB merilis data terbaru jumlah korban Tsunami Selat Sunda. BNPB menyatakan sebanyak 373 orang meninggal, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang dan 5.665 orang mengungsi.
"Data sementara dampak bencana tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda hingga Senin, 24 Desember 2018, pukul 17.00 WIB, tercatat 373 orang meninggal dunia," kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin.
Sutopo Purwo Nugroho menyatakan kerugian fisik akibat tsunami meliputi 681 rumah rusak, 69 hotel dan villa rusak, 420 perahu dan kapal rusak, 60 warung dan toko rusak serta puluhan kendaraan rusak.