TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Nasional atau BNPB mencatat adanya penurunan jumlah bencana yang terjadi pada tahun 2018 sebanyak 11,36 persen dibanding tahun 2017. Namun terjadi kenaikan 1.000 persen lebih korban jiwa.
Baca: BNPB: Tren Bencana 2018 Meningkat, 4.231 Orang Meninggal
"Dengan periode yang sama per 14 Desember tahun 2017 lebih banyak terjadi bencana di banding per periode 14 Desember 2018. Terjadi penurunan 11,36 persen," ujar kepala BNPB Willem Rampangilei saat menyampaikan laporan Evaluasi Bencana 2018 di kantornya Jakarta Timur, Rabu 19 Desember 2018.
Willem mengatakan dari segi korban jiwa, pada 2017 tercatat 361 orang meninggal dunia dan hilang akibat 2.737 bencana. Sedangkan di 2018, sebanyak 4.231 meninggal dunia dan hilang dari 2.426 kejadian bencana.
Dia menambahkan, pada 2017, sebanyak 997 orang mengalami luka-luka, sebanyak 3,6 juta orang mengungsi. Sedangkan pada 2018, sebanyak 6.948 orang luka luka dan 9,9 juta mengungsi.
Menurut Willem, gempa Lombok dan gempa yang disusul tsunami di Palu menjadi faktor yang menyebabkan kenaikan dampak bencana. Kedua bencana itu menyebabkan korban jiwa yang meninggal dunia dari 4.000 jiwa. Pada 2017, kata dia, tidak tidak ada bencana dengan skala besar.
Baca: Sutopo BNPB Sebut Jalan Gubeng Ambles karena Kesalahan Konstruksi
Kejadian bencana di 2017 dan 2018, kata Willem, didominasi bencana hidrometeorologi. Di 2018, terjadi 2.350 bencana hidrometeorologi, yaitu puting beliung, banjir. Sedangkan bencana geologi yang terjadi adalah 76 bencana seperti gempa, lutusan dan erupsi gunung.
Willem mengatakan kenaikan jumlah dampak bencana pada 2018 merupakan angka paling tinggi sejak 2010. Saat itu, korban meninggal adalah 1.097 orang akibat bencana alam tsunami di Mentawai dan erupsi Gunung Merapi.
Menurut Willem meningkatnya tren bencana karena sejumlah faktor, seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan yang terus terjadi, hingga ditemukan sesar baru.