TEMPO.CO, Jakarta - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia berharap Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK bersedia meresmikan Rumah Sakit Indonesia di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State, Myanmar. Rencananya, peresmian akan dilaksanakan tahun depan.
Baca: JK Minta Pembangunan Rumah Terdampak Gempa NTB Dipercepat
Presidium MER-C Indonesia, Sarbini Abdul Mirad, mengatakan rumah sakit tersebut merupakan simbol pluralisme Indonesia. Pasalnya, fasilitas kesehatan itu berdiri berkat bantuan rakyat Indonesia melalui MER-C Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI), dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).
Sarbini menuturkan, peresmian menunggu pembangunan rumah sakit selesai. Hingga saat ini, pembangunannya sudah mencapai 80 persen. "Kami memprediksi pada Februari 2019 rumah sakit bisa kita serahkan (kepada pemerintah Myanmar) dan resmikan," kata dia usai menyampaikan undangan peresmian kepada JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis, 13 Desember 2018.
Rumah sakit yang dibangun sejak November 2017 seharusnya rampung setelah satu tahun. Namun kondisi konflik di wilayah tersebut menghambat pembangunan. Selain itu, MER-C harus mendidik pekerja bangunan dari nol lantaran kurang memiliki kemampuan. Sejumlah material pembangunan pun tak mudah didapat.
Ketua Tim Pengadaan Alat Kesehatan RS Indonesia-Myanmar, Ahyahudin Sodri, mengatakan fasilitas rumah sakit yang dibangun hampir menyerupai rumah sakit kelas D di Indonesia. Di sana terdapat ruang rawat inap dengan 32 kasur, ruang radiologi, hingga kamar bedah.
Baca: Wapres JK Usulkan Kemenag Buat Daftar Tunggu Haji Nasional
Ahyudin menuturkan, MER-C Indonesia sebenarnya ingin mendirikan rumah sakit setara kelas D. "Bukan kami tidak mau menyumbang yang seperti tipe D. Tapi karena mereka mengisyaratkan di wilayah tersebut kami hanya boleh membangun di bawah tipe D," ujarnya.
Meski begitu, pemerintah Myanmar mengizinkan beberapa peningkatan kualitas, khususnya terkait alat kesehatan. Idrus mengatakan, pihaknya menawarkan technology telemedicine seperti teleradiologi dan telecardioligi. "Mereka welcome, sangat senang dengan itu karena meskipun daerah jauh tapi koneksi internetnya bagus," kata dia.
Project Manager RS Indonesia-Myanmar, Idrus Muhammad Alatas, mengatakan pembangunan rumah sakit tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp 28 miliar. Selain pembangunan fisik, mereka juga akan membantu pengolahan air lantaran di sana keruh.