TEMPO.CO, Bogor - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku sudah terbiasa mendapati adanya komentar negatif di media sosial mengenai dirinya dan keluarganya.
"Sudah biasa itu dari wali kota, gubernur, presiden," kata Jokowi dalam bincang pagi media di Grand Garden Cafe Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 8 Desember 2018.
Baca: Saran Gibran Rakabuming untuk Pengusaha yang Ingin Jadi Politikus
Jokowi mengatakan semakin besar jabatan yang diembannya, komentar negatif semakin besar. Kendati begitu, ia menilai bahwa komentar yang positif tentang dirinya juga lebih banyak.
Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan bahwa komentar negatif selalu ada sejak ayahnya menjadi Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga kini sebagai presiden dan calon presiden 2019. "Yang jelas kalau ada komentar negatif dari keluarga tidak boleh reaktif," kata dia.
Gibran juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan hal-hal yang berbau fitnah dan menjurus hoax. Sebab, kata dia, sebuah informasi hoax yang direspons terlalu reaktif dan disebarkan akan semakin viral.
Baca: Jokowi Menakar Feeling Politik Anak dan Menantunya
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi juga kerap menanggapi informasi yang beredar di media sosial tentang dirinya. Salah satunya adalah tudingan bahwa ia adalah anggota atau keturunan PKI, antek asing dan anti Islam.
Jokowi menceritakan bahwa ada sebuah foto dirinya berada di podium bersama Ketua PKI DN Aidit yang sedang berpidato pada 1955. Foto itu menurut Jokowi banyak tersebar di media sosial.
"Saya lihat sampai geleng-geleng. Saya lahir saja belum kok ada di podium D. N Aidit. Astaghfirullah. Ampun ya Allah. Sabar. Ini baru satu gambar. Belum gambar lain," kata Jokowi dalam acara pemberian sertifikat lahan di Lapangan Sepakbola Stadion Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, 25 Oktober 2018.
Baca: Pigai Sebut Jokowi Sudah Diingatkan Potensi Konflik Trans Papua
Saat bertemu dan berdialog dengan 75 ulama dari Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Depok, Jokowi juga mengklarifikasi sejumlah tudingan yang ditujukan kepadanya dan pemerintah. Isu yang diklarifikasi Jokowi adalah soal banjir tenaga kerja asing (TKA).
Terkait tudingan Indonesia banjir TKA, khususnya dari Cina, Jokowi juga membantahnya. Ia menjelaskan jumlah TKA di sini tidak mencapai 1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang negara-negara lain di dunia.
Menurut Jokowi, lebih tepat jika menganggap tenaga kerja Indonesia (TKI) yang membanjiri negara lain. Ia membandingkan TKA Cina di Indonesia hanya 24 ribu, sementara TKI di Cina daratan mencapai 80 ribu. "Di Hong Kong, kan Cina juga, 160 ribu, Taiwan 200 ribu, kalau ditotal 440 ribu," ujarnya.
Dengan perbandingan itu, Jokowi menampik tudingan bahwa pemerintahannya dianggap antek asing. "Karena tenaga kerja kita lebih banyak di sana justru orang di sana antek Indonesia, kalau mau dibolak-balik," kata dia.