TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko meminta kasus dugaan pemasangan bendera hitam yang menimpa tokoh Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, di Arab Saudi tidak dikaitkan dengan pemerintah Indonesia. Ia membantah ada upaya pemerintah Indonesia untuk merekayasa kasus tersebut.
"Saya kira enggak sejauh itu, negaranya orang masak sembarangan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 8 November 2018.
Baca: PA 212 Sebut Ada Rekayasa Intelijen Kasus Bendera Rizieq Shihab
Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini membantah pula jika kasus yang menimpa Rizieq merupakan kerja intelijen Indonesia. Menurut dia, cara kerja intelijen tidak seperti itu. "Operasi intelijen kok jelek banget," ujar Moeldoko sambil tertawa.
Juru Bicara Persaudaraan Alumni atau PA 212, Novel Bamukmin sebelumnya menduga ada rekayasa dan campur tangan intelijen hitam dalam pemasangan bendera hitam di kediaman Rizieq di Arab Saudi. Menurut Novel, ada kelompok yang menjahili Rizieq dengan tujuan menjatuhkan citra politik Rizieq. "Bendera HTI itu rekayasa. Di Indonesia kan kental dengan permainan penguasa," kata dia kepada Tempo, Rabu, 7 November lalu.
Baca: Kasus Menghantui Rizieq Shihab: Logo Palu Arit - Ujaran Kebencian
Rizieq sempat ditangkap otoritas keamanan Arab Saudi karena diduga memasang bendera berlambang HTI di rumahnya. Foto bendera ini beredar di pesan-pesan pendek wartawan pada Selasa malam, 6 November 2018.
Moeldoko pun meminta pihak Rizieq tidak mengada-ngada dan sembarang menuding orang lain. "Jangan dikit-dikit intelijen, dikit-dikit pemerintah," kata dia.
Infografis: Masalah Rizieq Shihab sejak Umrah hingga Terbelit Kasus Bendera Hitam
Ia mencontohkan lebih baik pihak Rizieq introspeksi diri dan bertanya siapa saja yang memiliki niat jahat dengannya. "Kalau saya nih, sebagai seseorang, akan bertanya dulu 'yang gak seneng sama gua siapa sih' kan banyak juga gitu loh," ujarnya.
Baca: KBRI Riyadh Masih Menggali Informasi Soal Kasus Rizieq Shihab