TEMPO.CO, Tasikmalaya - Sebelum terbang ke tempat kerjanya menggunakan Lion Air JT 610 pada Senin, 29 Oktober 2018, Ahmad Endang Rochana berjanji kepada anaknya, Vita Tiana, bahwa ia akan pulang ke Tasikmalaya pada 18 November. "Usia kandungan saya sudah sembilan bulan, bapak ingin melihat cucu keduanya," kata Vita, Selasa, 30 November 2018, mengenang pertemuan terakhir dengan bapaknya.
Baca: Tiga Jaksa Korban Lion Air JT 610 Hendak Upacara Sumpah Pemuda
Ahmad Endang merupakan Kepala Sub Bagian Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) wilayah Pangkalpinang. Vita menuturkan sang bapak biasa pulang ke rumah mereka di Talangsari, Cibeureum, Tasikmalaya setiap dua pekan sekali.
Perempuan 30 tahun ini mengatakan setiap pulang ke Tasikmalaya bapaknya memang selalu menggunakan pesawat Lion Air. "Setiap berada di rumah selalu bermain bersama cucu pertama," kata Vita.
Ahad malam, 28 Oktober 2018 itu, Vita tidak memiliki firasat apa pun ketika melepas bapaknya naik travel ke Jakarta. Pria 50 tahun ini hanya berjanji akan pulang untuk melihat cucu keduanya.
Menurut Vita, keluarga di Tasikmalaya baru menerima kabar pesawat Lion Air JT 610 pada siang hari lewat tayangan televisi. Ia tidak menyangka jika sang bapak ikut menjadi korban. "Biasanya ngabarin ke mama saat tiba, tapi sampai saat itu tidak ngabarin. Ditelepon pun enggak aktif," kata Vita. "Kami baru tahu darie televisi."
Simak juga: Harapan Keluarga Alfiani, Pramugari Lion Air JT 610
Pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang yang mengangkut 181 penumpang ini menghilang dari radar 13 menit setelah lepas landas pada pukul 06.20 WIB. Sejatinya, Lion Air JT 610 tiba di Pangkalpinang pukul 07.10 WIB. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) masih mencari lokasi Lion Air JT 610.