TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mensinyalir peristiwa dugaan penganiayaan yang menimpa Ratna Sarumpaet terkait dengan sikap politiknya.
"Ya kalau ternyata tidak ada barang yang dicuri dan uang yang dicuri, apalagi kalau bukan proses intimidasi?" kata Prabowo di rumah pribadinya, Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan, Selasa malam, 2 Oktober 2018.
Baca : Kasus Ratna Sarumpaet, Humas Bandara Bandung: Tak Ada Jadwal Penerbangan Malam
Dalam formasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga, aktivis Ratna Sarumpaet memang tercatat sebagai juru kampanye.
Saat pemukulan terjadi, yakni pada 21 September 2018 petang, perempuan berusia 70 tahun itu mengaku menerima ancaman. Namun, Prabowo tak menjelaskan detail ancaman yang dilontarkan oleh penganiaya Ratna.
Prabowo menilai, peristiwa yang menimpa Ratna tersebut merupakan tindakan yang represif dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Diduga berbau politis, mantan Danjen Kopassus itu menyayangkan para pelaku menyerang Ratna yang sudah lanjut usia. Prabowo pun menyebut para pelaku pengecut.
Menurut Prabowo, peristiwa ini merusak nilai-nilai demokrasi. Sebab, terjadi pada masa-masa kampanye dan dilakukan setelah deklarasi kampanye damai berlangsung. "Seorang perempuan 70 tahun yang berjuang untuk orang miskin, berjuang untuk keadilan, untuk demokrasi. Ini ancaman serius terhadap demokrasi," ujar Prabowo.
Kasus ini diklaim setara dengan isu pelanggaran HAM lain. Misalnya yang dialami Novel Baswedan atas penyiraman air keras beberapa waktu lalu. Juga, pengusiran aktivis Neno Warisman di Pekanbaru.
Simak juga :
Polri: Pengecekan Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet di RS Nihil
Tim Prabowo Jelaskan Kronologi Penganiayaan Ratna Sarumpaet
Prabowo mendorong kasus ini dibawa ke penegak hukum. Maka itu, ia akan menemui Kapolri dalam waktu 2 hari ini untuk membicarakan persoalan tersebut. Adapun Ratna disebut sedang mengalami masa trauma dan berada dalam ketakutan hebat.
Prabowo mengatakan Ratna Sarumpaet menemuinya hari ini untuk menceritakan peristiwa yang menimpanya. Pertemuan itu digelar di sebuah tempat rahasia di Jakarta. Dalam perjumpaan itu, ada Amien Rais dan Fadli Zon. Ada juga Nanik S. Deyang sebagai anggota tim pemenangan. Naniklah yang menceritakan detail kronologi itu versi tim Prabowo.