TEMPO.CO, Jakarta - Hampir sebulan tinggal di pengungsian, anak-anak korban gempa Lombok di Dusun Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, mulai diserang penyakit. “Banyak anak-anak yang mengeluh gatal,” kata Taris, relawan di Dusun Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Rabu, 22 Agustus 2018.
Baca: Rehabilitasi Dampak Gempa Lombok Dijanjikan 1 Tahun Selesai
Selain gatal, para anak-anak tersebut juga terserang flu dan batuk. “Orang dewasa juga mulai batuk-batuk,” ujarnya. Ada sekitar 115 balita yang tinggal di posko Dusun Sajang. Sedangkan dewasa dan lanjut usia berjumlah 915 orang.
Para pengungsi ini tidur di tenda-tenda yang berada di lapangan terbuka. Air bersih untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus juga terbatas.
Taris mengatakan mereka membutuhkan bantuan medis. Obat-obatan yang tersedia di posko juga terbatas. “Kami menghubungi Palang Merah Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (MDMC),” kata dia.
Rencananya, tim MDMC akan datang pada Kamis pagi, 23 Agustus 2018. Namun karena keterbatasan sumber daya manusia, tim medis bakal memeriksa di tiga tempat, yakni Sajang, Karya, dan Sembalun Atas.
Simak juga: Kerugian Gempa Lombok Ditaksir Mencapai Rp 7,7 Triliun
Daerah Sembalun menjadi tempat pertama yang terkena gempa Lombok pada 29 Juli lalu. Sekitar 16 orang meninggal saat itu. Rentetan lindu terus terjadi di Lombok selama tiga pekan terakhir ini. Total korban mencapai 500-an orang. Kerugian materi mencapai Rp 7 triliun lebih.