TEMPO.CO, Jakarta-Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melihat sayembara yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mencari pelaku penyiraman air keras pada Novel Baswedan bukan sebuah sindiran. Polri tak masalah dengan sayembara itu.
"Justru kami melihat sebagai suatu dukungan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Juli 2018.
Baca: Apa yang Dilakukan Novel Baswedan Sebelum Hari Pertama Ngantor?
Pegawai KPK menyumbangkan sepeda untuk hadiah sayembara kepada siapa saja yang berhasil mengungkap pelaku penyiraman air keras pada mata Novel. Sebuah banner dengan tulisan 'Hayo Coba Sebutkan 1 Penyerang Novel, yang Bisa Silahkan Ambil Sepeda' terpampang di pelataran gedung KPK.
Sepeda itu akan terus diletakkan di depan lobi KPK sampai pelaku penyiraman ditemukan dan tertangkap. "Bukan hanya satu, dua, atau lima sepeda, kami akan siapkan," ujar Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Pramono.
Simak: Novel Baswedan Kembali, KPK: Tuan Presiden, Janjinya Mana?
Sejauh ini Polri belum bisa memberikan perkembangan terbaru dari pengusutan kasus tersebut. Menurut Iqbal setiap kasus memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam penanganannya. "Ada yang bisa selesai cepat, ada yang bahkan sampai lima tahun belum terungkap. Tak bisa disamakan," kata Iqbal.
Novel Baswedan kembali masuk bekerja sebagai penyidik setelah menjalani perawatan mata selama 16 bulan. Menurut Novel, meski telah kembali bekerja, dia akan tetap mendesak Presiden mengungkap kasusnya. "Ini bukan terkait penyerangan kepada saya, tapi bagaimana menjaga KPK dari ancaman teror dan penyerangan seperti ini," ujar dia.