TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Papua, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan polisi dan TNI sudah berkoordinasi untuk mengejar kelompok bersenjata yang menyerang di sejumlah tempat di Papua. Dia mengklaim telah pula berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
“Saya sudah rapat bersama Bupati Nduga, Gubernur Papua, dan Pangdam Cenderawasih,” ucap Boy melalui pesan pendek, Kamis, 12 Juli 2018.
Baca: Kapolda Papua Jelaskan Serangan ke Kelompok Bersenjata di Nduga
Boy membantah anggapan bahwa polisi dan TNI gagal menangkap anggota kelompok bersenjata yang telah menguasai Kampung Angguru, Nduga, Papua, pada November tahun lalu. Kelompok ini diduga merupakan pelaku sejumlah serangan yang terjadi menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak pada 27 Juni lalu. “Polisi tak akan menunggu jatuh korban lagi,” kata Boy.
Serangan pertama yang dilakukan kelompok tersebut adalah menembaki pesawat Dimonim Air asal Timika pada 22 Juni 2018. Ketika serangan terjadi, pesawat tersebut tengah mengangkut 17 personel bantuan dari Brigade Mobil Polri untuk mengamankan pemilihan gubernur Papua. Pilot pesawat luka-luka akibat terkena serpihan peluru.
Penembakan kedua terjadi terhadap pesawat Trigana Air yang disewa pasukan Brimob Polda Papua dan masyarakat di sekitar Bandara Kenyam, Nduga, Papua, pada 25 Juni 2018. Serangan ini menyebabkan tiga orang tewas dan seorang anak terluka bacok. Penembakan kembali terjadi secara tak terarah tepat pada hari rencana pemungutan suara. Dua serangan ini menunda proses pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Nduga.
Baca: Bupati Nduga Papua Minta Aparat Tak Lakukan Serangan dari Udara
Berlanjut pada 6 Juli, penembakan kembali terjadi ketika personel Brimob mengamankan Bandara Kenyam. Anggota Resimen 1 Pelopor Brimob, Bharada Rafindo Refli Sagala, terkena tembakan dalam serangan itu. Kelompok yang sama juga menyerang rombongan pembawa kertas suara hasil pemungutan suara di Distrik Torere, Puncak Jaya, Papua. Dalam serangan ini, dua anggota kepolisian dan Kepala Distrik Torere meninggal akibat luka tembak.
Juru bicara Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal, mengatakan kelompok bersenjata kembali melakukan serangan di Nduga, Papua, 11 Juli lalu. Kelompok tersebut menembaki helikopter yang mengangkut bahan makan bagi aparat keamanan. Serangan tersebut langsung dibalas pasukan Brimob Polda Papua yang sudah berada di sekitar lokasi. "Baku tembak terjadi selama satu jam sejak pukul 16.00 WIT," kata Kamal.
Wakil Bupati Nduga, Wentius Nimiangge, melayangkan protes terhadap tindakan aparat gabungan TNI-Polri menyerang Kampung Alguru di Kenyam, Nduga. Menurut dia, operasi tersebut dilaksanakan secara tertutup dan tak diketahui pemerintah daerah. Serangan tiba-tiba tersebut juga memicu perlawanan dari kelompok bersenjata yang tengah bersembunyi.
Baca: TNI Tak Mengejar Kelompok Bersenjata di Nduga Papua
Akibat baku tembak ini, menurut Wentius, warga setempat langsung mengungsi ke hutan, ke arah Agats, dan Mimika. Dia menyebutkan, sejumlah warga mengalami trauma dan luka-luka. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan Pemerintah Kabupaten Nduga meminta Polri dan TNI menarik pasukannya. “Bupati dan wakil ada di sini, kenapa tidak dilapori? Orang-orang ini harus ditarik," katanya.
ANDITA RAHMA