TEMPO.CO, Surabaya - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly menyempatkan hadir dalam Kebaktian Minggu di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro di sela kunjungannya di Surabaya, Ahad, 4 Juni 2018. Selain membacakan ayat pengantar ibadah, ia menyampaikan pidato singkat untuk memberikan dukungan moral kepada sekitar 300 jemaat yang datang di salah satu gereja yang terkena sasaran bom itu.
Perwakilan tokoh lintas agama dari Forum Berbeda Tapi Mesra (FBM) juga turutya hadir dalam kebaktian. "Saya berharap, melalui saya datang kemari untuk berbagi dapat menguatkan warga jemaah bahwa kita semua concern terhadap apa yang mereka hadapi," ujar Yasonna H Laoly kepada jurnalis usai kebaktian.
Baca: Masih Berduka Kasus Bom, Risma: HUT Surabaya Dirayakan Sederhana
Yasonna menuturkan ikut prihatin dan berbela sungkawa kepada warga gereja yang menjadi korban bom Surabaya. Namun, itu tak berarti menyurutkan semangat untuk berbagi karena menurutnya dalam ajaran Kristiani diajarkan terus berbagi cinta kasih kepada sesama.
Melalui penguatan seperti nyanyian atau kidung, kata dia, diharapkan mendorong jemaat agar mengampuni dan mengasihi orang lain, termasuk pelaku pengeboman. "Jangan marah, jangan membenci, tapi justru kita harus mampu menunjukkan kita mengampuni dan mengasihi."
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu mengajak agar seluruh masyarakat mencoba menguatkan diri untuk saling mengasihi. "Kita bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka, maka mari kita jadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan perpecahan. Menjadi kekuatan yang menyatukan," ujar dia.
Simak: Mengapa Bom di Surabaya? Ini Kata Pengamat Terorisme
Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Diponegoro Penatua Daniel Theophilus Hage menyatakan rasa terima kasih lantaran kedatangan Yasonna memberikan dukungan moral yang berarti. Tak hanya memberikan semangat, kehadiran seorang menteri secara tak langsung menunjukkan adanya rasa aman di gereja meski terjadi peledakan bom dua pekan lalu. "Ini membuktikan bahwa (gereja) sudah aman. Jemaat yang sempat merasa ketakutan, supaya tidak takut lagi dan mau hadir," tuturnya.
Pihak GKI, kata dia, juga terus memberikan terapi pemulihan terhadap bom Surabaya, jemaat, maupun keluarga korban yang mengalami trauma. Trauma healing diberikan dalam bentuk kunjungan personal bagi korban luka-luka, serta kelompok-kelompok kecil.
ARTIKA RACHMI FARMITA