Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terima Maarif Award, Abah Rosyid Sosok Biasa yang Luar Biasa

image-gnews
Rosyid Abdul Wahab penerima penghargaan Maarif Award 2018 di gedung Metro TV, Jakarta, Ahad, 27 Mei 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Rosyid Abdul Wahab penerima penghargaan Maarif Award 2018 di gedung Metro TV, Jakarta, Ahad, 27 Mei 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Rosyid Wahab terpilih sebagai penerima penghargaan Maarif Award 2018. Pria yang akrab disapa Abah Rosyid itu merupakan tokoh muslim asal Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur, yang dinilai punya komitmen tinggi terhadap pluralisme.

Abah Rosyid, 81 tahun, dinilai sebagai sosok biasa, tapi memiliki pengaruh yang luar biasa. "Sosok Abah dipilih karena mempunyai kontribusi besar di tingkat lokal," kata juri Maarif Award, Rahmawati Husein, saat mengumumkan penerima Maarif Award di gedung Metro TV, Jakarta, Ahad, 27 Mei 2018.

Baca juga: Maarif Award: Mencari Orang Biasa Yang Luar Biasa

Abdul Rosyid dikenal sebagai sosok pelintas batas primordial dan promotor toleransi antar-umat beragama di Kabupaten Sikka, Maumere, NTT. Jejak Abah merentang dari pencegahan konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), pendampingan bencana alam Rokatenda, hingga mempelopori lembaga pendidikan Muhammadiyah di Maumere, yang 80 persen pelajarnya beragama Katolik dan Kristen.

"Pluralisme Abah Rosyid adalah pluralism in action," kata seorang juri, Sudhamek AWS.

Salah satu yang berpengaruh, menurut dewan juri, adalah saat Abah Rosyid dinilai mampu meredakan konflik pencemaran Hosti pada 1995. Abah Rosyid mampu meredakan umat Islam Maumere supaya tidak larut dalam konflik tersebut.

Menanggapi penghargaan yang ia terima, Abah Rosyid mengatakan niat melakukan hal tersebut sesuai dengan agama yang dia anut. Menurut Abah, apa pun yang dikerjakan semuanya harus diniatkan kepada Allah. Selanjutnya, menurut Abah, hal yang dilakukannya itu untuk kemaslahatan masyarakat di tempatnya tinggal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Tiga Aktivis Perdamaian Terima Maarif Award

"Saya ini orang biasa, lebih rendah dari orang biasa," ujarnya.

Abah bercerita dirinya merenung saat diundang datang dalam penganugerahan Maarif Award di Jakarta. Menurut Abah, penghargaan tersebut bisa diraih karena dia selalu berada dalam kebersamaan.

"Dalam kebersamaan itulah saya merasa bermanfaat," ucapnya.

Dewan juri Maarif Award tahun ini adalah Sudhamek AWS, Clara Joewono, Arif Zulkifli, Rahmawati Husein, dan Masril Koto.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Abah Rosyid, Pengurus MUI Kabupaten Sikka Terima Maarif Award

27 Mei 2018

Rosyid Abdul Wahab penerima penghargaan Maarif Award 2018 di gedung Metro TV, Jakarta, Ahad, 27 Mei 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Abah Rosyid, Pengurus MUI Kabupaten Sikka Terima Maarif Award

Pengurus Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur, Abdul Rosyid Wahab menerima penghargaan Maarif Award 2018.


Penerima Maarif Award 2018 Akan Terima Penghargaan Hari Ini

27 Mei 2018

Ahmad Syafii Maarif menyampaikan sambutan dalam acara Diversity Award 2018 di Wisma Antara, Jakarta, 29 Maret 2018. Tempo/Vindry
Penerima Maarif Award 2018 Akan Terima Penghargaan Hari Ini

Figur penerima Maarif Award bisa menjadi pengingat bagi semua pihak tentang kerja-kerja yang tulus dan berpamrih pada kebajikan antarmanusia.