TEMPO.CO, Jakarta - Pengumuman penerima Maarif Award 2018 akan berlangsung pada Ahad, 27 Mei 2018. Konferensi pers bertempat di Grand Studio Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada pukul 16.30 WIB.
Ajang penghargaan dua tahunan itu diberikan kepada tokoh dan aktivis lokal yang berkhidmat pada kerja-kerja kemanusiaan dan melintas batas primordial dan keagamaan. "Kategori seperti di bidang pendidikan, lingkungan, pendampingan orang-orang miskin, resolusi konflik dan pendampingan," kata penanggung jawab teknis, Pripih Utomo saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 26 Mei 2018.
Baca: Tiga Aktivis Perdamaian Terima Maarif Award
Menurut Pripih, para figur penerima Maarif Award bisa menjadi pengingat bagi semua pihak tentang kerja-kerja yang tulus dan berpamrih pada kebajikan antarmanusia.
Pripih pun mengungkapkan penerima penghargaan adalah Abah Rasyid. Abah merupakan tokoh asal Maumere, Papua yang mengabdikan diri di bidang pendidikan. "Abah masuk kategorinya Resolusi Konflik dan Relawan Kebencanaan," kata Pripih. "Sebenarnya di Maarif Award tidak ada kriteria khusus, cuma kami mencari orang biasa dengan karya kemanusiaan yang luar biasa".
Baca: Remaja SMA Diajak Bikin Konten Anti Radikal di Medsos, Caranya...
Pripih mengatakan profil Abah akan didetailkan saat jumpa media yang digelar besok. Maarif Award diadakan di tengah rentetan teror kekerasan sektarianisme dan gegap gempita kancah politik nasional di tahun 2018 ini.
Pencarian penerima Maarif Award 2018 ini semakin menemukan kontekstualitasnya ketika publik hanyut dalam arus wacana politik lokal dan nasional. Namun Maarif Institute mengangkat figur inspiratif yang telah bekerja untuk manusia dan kemanusiaan. Adapun dewan juri Maarif Award adalah Arif Zulkifli (jurnalis senior dan Pemred Majalah Tempo), Clara Joewono (Dewan Pembina Maarif Institute), Masril Koto (Penerima Maarif Award 2014 dan Aktifis Ekonomi Kerakyatan), Rahmawati Husein (Aktifis Perempuan dan MDMC PP Muhammadiyah) dan Sudhamek AWS (Dewan Pengarah UKP Pembinaan Ideologi Pancasila).