TEMPO.CO, Jakarta - Siska Nur Azizah dan Dita Siska Millenia, dua perempuan yang ditangkap saat hendak menyusup ke Markas Komando Brigade Mobil atau Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok mengatakan mempelajari pemikiran terorisme melalui media sosial. Mereka berdua tergabung dalam sebuah grup bernama 'Turn Back Crime' di aplikasi Telegram.
“Saya belajar otodidak dari berbagai grup WhatsApp dan channel Telegram sejak November tahun lalu, dan situs-situs Internet,” kata Dita seperti dikutip Majalah Tempo.
Baca juga: 56 Tahanan Teroris Mako Brimob Dipindahkan ke Rutan Gunung Sindur
Dua perempuan yang berstatus pelajar itu, sebelumnya bikin geger gara-gara ditangkap di Markas Komando Brigade Mobil di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu, 12 Mei 2018. Detasemen Khusus Antiteror 88 menuduhnya hendak menyerang polisi sebagai balas dendam kematian narapidana teroris dalam kerusuhan di rumah tahanan Mako Brimob sehari sebelumnya.
Siska dan Dita mengaku datang ke Depok untuk memberi bantuan makanan bagi tahanan yang mereka kira masih dikepung. Mereka mengetahui perkembangan kerusuhan melalui sejumlah sumber, salah satunya melalui saluran grup ‘Turn Back Crime’ itu.
Ketika di grup bersahut-sahutan permintaan anggotanya untuk merapat ke Mako Brimob, Siska dan Dita segera menyusun rencana. Dita akan bertemu Siska di Bandung, lalu sama-sama ke Depok.
Dita menceritakan cara dia bisa bergabung ke dalam grup tersebut. Ia mengatakan awalnya ingin belajar ilmu agama melalui media sosial sejak November 2017. Lalu, dia berkenalan dengan akun bernama Ikhwan di Instagram.
Dita suatu ketika membuat status di instagram soal kesukaannya kepada sebuah grup nasyid. Ikhwan mengomentari juga suka dengan grup nasyid itu dan menawarkan koleksi nasyid kepada Dita.
Baca juga: Besok Sidang Tuntutan, Aman Abdurrahman Masih Aman di Mako Brimob
Dita mau menerima koleksi nasyid Ikhwan. Ikhwan meminta dia membuat akun di aplikasi pesan instan Telegram. Melalui Telegram, Ikhwan mengirim banyak koleksi nasyid kepadanya. Setelah beberapa waktu, Ikhwan memasukan Dita ke grup Mujahidin Indonesia. Rupanya, grup itu memiliki banyak tautan yang terhubung dengan grup lain, salah satunya ‘Turn Back Crime’.
Di grup itu, Dita mengatakan banyak belajar soal Daulah Islamiyah atau Negara Islam (Islamic State). Ia ingin Indonesia dan seluruh dunia menjadi Negara Islam. Dita bermimpi bisa berangkat ke Suriah bergabung dengan pasukan ISIS untuk berjihad. “Kalau perempuan belum menikah, boleh angkat senjata,” ujarnya.
Dari grup itu pula, Dita mengenal Siska pada 2017. Sejak itu, keduanya sering berdiskusi soal agama. “Langsung japri-japrian, pendekatan,” kata Dita. Ia mengaku nyambung dengan Siska karena merasa satu pikiran dan akidah. “Kami fokus belajar, misalnya, Islamic State (IS) itu seperti apa. Kalau apa yang Rasul ajarkan memang sesuai (dengan IS), why not?” ujar Siska.
Baca selengkapnya di Majalah Tempo edisi 28 Mei 2018