TEMPO.CO, Jakarta- Peneliti terorisme Ridlwan Habib menyatakan kelemahan kelompok Jaringan Ansarut Daulah (JAD) terletak di sistem perekrutan anggotanya. Menurutnya sistem perekrutan yang diterapkan kroni ISIS itu lebih buruk dari Jamaah Islamiyah (JI).
"Kelemahan JAD sekarang begitu gampang rekrut orang baru," kata Ridlwan di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa, 22 Mei 2018. Dia menuturkan, JAD tak menerapkan sistem perekrutan yang ketat.
Baca: Ryamizard Ryacudu Soal Terorisme: Kita Menghadapi Orang Gila
Menurut Ridlwan kebanyakan anggota JAD membaiat dirinya sendiri. Mereka mempelajari ideologi JAD dengan menonton Youtube. "Dia lihat Youtube lalu berbaiat sendiri. Keluar dari kamar setelah nonton, dia sudah merasa bagian dari JAD," ujar Ridlwan.
Kondisi itu, kata dia, berbeda dengan JI. JI, ujar Ridlwan, tak sembarangan memilih anggotanya. Setiap calon anggota akan diseleksi secara ketat sebelum diterima untuk bergabung.
"JI akan bertanya siapa orang tuanya, punya saudara TNI dan Polri atau enggak. Ada penelitian khusus," kata Ridlwan.
Simak: Jokowi Minta Diterapkan Cara Luar Biasa Melawan Terorisme
Proses itu menghasilkan anggota dengan kemampuan tinggi. Ridlwan mengatakan, anggota JI dikenal memiliki karakter disiplin dan profesional.
Salah satu anggota JI kini tengah menjadi buronan polisi. Dia adalah Khalid Abu Bakar, yang diduga sebagai pemicu pengeboman di Surabaya. Ridlwan mengatakan sosok tersebut berbahaya. Abu Bakar diduga menjadi simpul yang menghubungkan JAD dan JI.