TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan soal semangat dan agenda reformasi 1998. Peristiwa yang terjadi 20 tahun lalu itu, menurut dia, menjadi koreksi besar dan mendasar atas kehidupan bangsa yang kurang adil dan berimbang bagi rakyat.
SBY mengatakan ada empat amanah reformasi yang mesti dijalankan dan diwujudkan oleh generasi sekarang dan mendatang. "Kalau tidak, bisa ada reformasi lagi di masa depan," cuit SBY dalam akun twitter @SBYudhoyono pada Ahad malam, 20 Mei 2018.
Baca: 20 Tahun Reformasi: Soeharto yang Bangkit Lagi di Ingatan Publik
Adapun empat amanah itu, kata SBY, antara lain, kekuasaan tidak boleh terlalu absolut. Sehingga, kebebasan rakyat dan demokrasi dapat tetap hidup. Selanjutnya, dia menyebut hukum mesti tegak dan tidak tebang pilih.
Cuitan Susilo Bambang Yudhoyono. twitter.com
Ketiga, ekonomi harus adil dan menyejahterakan seluruh rakyat. Terakhir, SBY mengatakan dalam politik praktis, termasuk pemilihan umum, negara yang di dalamnya terdapat Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian RI, dan Badan Intelijen Negara harus netral dan tidak berpihak.
SBY meminta masyarakat tidak melupakan sejarah tersebut. "Keledai tak tersandung batu yang sama," kata dia. "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bukan keledai, dan ingat sejarah."
Baca: 20 Tahun Reformasi, Kasus Aktivis Hilang Tak Jelas Rimbanya
Selain momen reformasi, SBY juga sempat menyinggung dua peristiwa lainnya, yaitu kebangkitan nasional pada 1908 dan sumpah pemuda pada tahun 1928. Berkaca dari semangat kebangkitan nasional 110 tahun yang lalu, SBY mengatakan generasi sekarang dan mendatang bertugas menjadikan Indonesia sebagai negara maju di abad 21 ini.
Dengan semangat sumpah pemuda 90 tahun yang lalu, SBY mengingatkan agar generasi sekarang jangan sampai kurang rukun dan kurang bersatu. "Berdosa kita kepada para pendahulu, malu pula kepada generasi mendatang," ujar SBY.