TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan partainya masih punya waktu sekitar sebelas bulan untuk memperbaiki citra sebelum memasuki hari pencoblosan dalam Pemilu 2019. "Ini kan bukan pemilu hari ini, ini baru snapshot," ujar Airlangga di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra III, Jakarta Selatan, Selasa malam, 8 Mei 2018.
Pernyataan itu menanggapi rilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengenai anjloknya dukungan terhadap partai beringin itu sebesar 5,3 persen akibat korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang menjerat mantan Ketua Umum Golkar, Setya Novanto. “Efek samping kasus itu ada batasannya.”
Baca: Muhaimin Iskandar Minta Restu Golkar Jadi Cawapres Jokowi ...
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan isu pengadilan Setya Novanto menurunkan dukungan Golkar secara signifikan berdasarkan jawaban 1.200 responden yang ditanya akan tetap memilih partai Golkar di tengah pemberitaan mengenai korupsi e-KTP Setya Novanto. Seluruh responden itu adalah pemilih Golkar yang dipilih dengan metode acak berjenjang. Mereka diwawancarai pada 28 April-5 Mei 2018 secara tatap muka dan menggunakan kuesioner serta margin of error 2,9 persen.
Dari seluruh responden, 85,4 persen di antaranya menyatakan tetap memilih Golkar. Sedangkan 5,3 persen tidak akan memilih Golkar. Sisanya 10,2 persen menjawab tidak tahu.
Mereka tetap memilih Partai Golkar menyukai empat program Partai Golkar. Program itu adalah sembako murah 87,5 persen responden, program lapangan kerja tersedia 84,4 persen, rumah harga terjangkau dan mudah akses 82,4 persen, serta program teknologi tinggi untuk keadilan dan kesejahteraan 76,9 persen. “Program Golkar ini yang menaikkan suara Golkar kembali. Namun program ini baru dikenal kurang dari 15 persen,” ujar Ardian.
Baca: Golkar: Putusan PTUN Soal HTI Adalah Kemenangan Pancasila ...
Golkar, kata Airlangga, telah menyiapkan langkah-langkah untuk mendorong Golkar bersih. "Ketua fraksi sudah membuat surat edaran yang secara tegas melarang adanya hal-hal yang memanfaatkan yang tidak diinginkan."
Meski begitu, Ardian mengatakan elektabilitas Partai Golkar masih berada di peringkat kedua di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebanyak 21,7 persen respondenmemilih PDIP, 15,3 persen memilih Partai Golkar, 14,7 persen memilih Partai Gerindra.
CAESAR AKBAR | ALFAN HILMI