TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik, Djayadi Hanan, menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY soal akan ada calon pemimpin baru yang amanah, cerdas, serta mengerti keinginan rakyat. Menurut Djayadi, siapa pun calon yang akan diajukan SBY dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019, akan sulit mengalahkan Joko Widodo atau Jokowi.
"Dalam sisa waktu tiga bulan ini, jelang pendaftaran capres-cawapres Agustus mendatang, sulit jika ada pemimpin baru yang akan bisa memenangi pilpres 2019," ujarnya saat dihubungi, Selasa, 24 April 2018.
Sebelumnya, SBY mengatakan akan menghadirkan pimpinan baru itu di depan para ulama Banten pada Ahad, 22 April 2018.
Baca juga: Sohibul: Utusan SBY Tawarkan Poros ke-3 ke PKS
Namun SBY tidak melanjutkan pembicaraannya soal siapa sosok pimpinan baru tersebut. Dia hanya mengatakan akan memasangkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden yang mengerti keinginan rakyat.
Menurut Djayadi, jika pun SBY mempunyai sosok pemimpin baru dalam pilpres 2019, sosok tersebut seharusnya sudah muncul dari beberapa waktu terakhir. Sebab, lawan yang akan dikalahkan adalah Jokowi, seorang inkumben dengan elektabilitas tinggi.
Djayadi menuturkan pemimpin baru yang dimaksud SBY setidaknya merupakan sosok yang dominasinya melebihi Jokowi. "Dan sosok seperti itu belum ada terlihat," ucapnya.
Selain itu, kata Djayadi, Partai Demokrat harus menentukan sikap berkoalisinya jika memang mempunyai capres tersendiri. Sementara Partai Demokrat belum memiliki sikap final apakah bergabung dengan kubu Jokowi, Prabowo, atau akan membentuk poros baru.
Baca juga: Wiranto-SBY Bertemu, PDIP: Demokrat Gabung Memperkuat Jokowi
Djayadi menjelaskan, jika memang akan mengusung capres sendiri, peluang tersebut hanya terbuka dengan membentuk poros baru. "Kalau bergabung dengan kubu Jokowi atau Prabowo, sulit untuk bisa mengganti dua nama capres itu dengan pemimpin baru yang dimaksud SBY," katanya.
Sedangkan, untuk peluang poros baru, kata Djayadi, Partai Demokrat membutuhkan dua partai koalisi. Bisa dengan mengajak Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera, tapi itu bukan hal mudah.
Djayadi melihat pernyataan SBY tersebut lebih ke arah sikap Partai Demokrat. "Partai Demokrat yang masih membuka semua peluang, apakah akan bergabung dengan kubu Jokowi atau Prabowo," tuturnya.