TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti melihat positif munculnya sejumlah tanda pagar (tagar) menjelang pemilu 2019. Misalnya yang lagi marak di media sosial #2019TetapJokowi dan #2019GantiPresiden. Ray menyarankan mereka tidak terhenti sekedar perang tagar.
"Seharusnya sudah mengarah ke substansi. Misalnya, kenapa harus ganti presiden atau kenapa harus dipertahankan," kata Ray sesuai diskusi fenomena hastag #2019GantiPresiden dan #2019TetapJokowi di Rumah Makan Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Sabtu, 21 April 2018.
Baca: Relawan Gojo Punya Tagar Tandingan #2019GantiPresiden
Relawan Jokowi Mania hari ini mendeklarasikan gerakan #2019TetapJokowi, untuk menandingi #2019GantiPresiden yang telah lebih awal muncul. Menurut Ray, jika relawan hanya saling serang menggunakan hastag, maka isu suku, agama, ras dan antar golongan akan berkembang. Untuk itu, Ray menyarankan lebih baik para relawan mengarahkan gerakan tersebut kepada isu atau persoalan yang dihadapi bangsa ini di masa yang akan datang.
Selain itu, hastag yang sudah ada juga belum terlihat mempengaruhi elektabilitas bakal calon yang namanya sudah beredar. Sebagai contoh, berdasarkan dua survei elektabilitas Joko Widodo semakin tinggi dibandingkan Prabowo yang masih stagnan. "Hastag terlihat besar di dunia maya, tapi di daratnya tidak nampak," ujarnya.
Koordinator tagar #2019GantiPresiden, Efendy Saman, mengatakan adanya hastag tandingan merupakan proses demokrasi di negara ini masih berjalan. "Biarkan mengalir selama tidak ada intimidasi dan saling menghormati," ujarnya.
Simak: Jokowi: Kaus Gerakan #2019GantiPresiden Tak Bisa Ganti Presiden
Menurut dia, pembuatan tagar #2019GantiPresiden juga bukan untuk membenturkan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Joko Widodo (Jokowi) yang digadang-gadang kembali maju menjadi capres. Justru, kata dia, relawan tidak ingin melihat pengulangan pemilu lima tahun lalu. "Kami ingin ada poros tengah agar dinamika politik berkembang," ujarnya.
Koordinator #2019TetapJokowi Imanuel Ebenezer berharap pembuatan tagar yang mendukung atau mau mengganti presiden bisa menangkal adanya teror maupun penyebaran hoax. "Ini gerakan demokratis harus bisa menjadi sarana untuk menyampaikan ide politik yang bagus. Bukan hoax dan intimidasi."