Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fatmawati Soekarno Jago Mengaji di Muktamar Muhammadiyah

image-gnews
Buku Fatmawati Soekarno: the First Lady
Buku Fatmawati Soekarno: the First Lady
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang peserta bedah buku Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno memprotes puisi Sukmawati Soekarnoputri yang viral di media sosial. “Saya tersinggung dengan puisinya. Katanya keluarga Bu Fatmawati religius dan mengajarkan akhlak,” kata Susilowati dalam diskusi buku di Balai Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Selasa, 17 April 2018.

Pengajar Program Studi Kearsipan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Wahjudi Djaya, menggambarkan Fatmawati Soekarno sebagai ibu negara masa revolusi yang tenang, berani, elegan, religius, dan sederhana. Ayah dan ibu Fatmawati adalah aktivis Muhammadiyah. “Bu Fatmawati jago membaca Al-Quran di muktamar Muhammadiyah,” kata Wahjudi.

Baca: Rendang, Nasionalisme Ibu Negara Fatmawati Soekarno

Sukmawati merupakan anak keempat Presiden Sukarno dan Fatmawati. Puisi Sukmawati berjudul Ibu Indonesia menjadi kontroversi, ia dituding menistakan agama Islam. Dituduh membanding-bandingkan syariat Islam dengan pemakaian konde dan meremehkan lafal azan sebagai panggilan salat, ia meminta maaf kepada publik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Wahjudi, tidak semua ajaran, ideologi, serta bacaan Fatmawati maupun Sukarno turun kepada anak-anaknya. Pengajar Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Mikke Susanto, pun menyebut anak-anak Sukarno dan Fatmawati Soekarno punya perbedaan visi-misi politik. Semuanya berideologi nasionalis. Saking nasionalisnya, ada yang lupa bahwa Indonesia belum bisa menerima perbedaan ideologi secara ekstrem.

Baca: Menjelang Hari Kartini, Yogyakarta Bahas Peran Fatmawati Soekarno

Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, Eka Ningtyas, berpendapat puisi Sukmawati merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Menurut dia, kontroversi puisi itu terjadi karena situasi politik Indonesia yang panas sehingga ada orang-orang yang tersinggung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Fatmawati Soekarno, Wanita Muhammadiyah Penjahit Bendera Merah Putih

17 Agustus 2021

Presiden Sukarno didampingi Ibu Negara Fatmawati menghadiri KTT KAA pertama di Bandung, April 1955. Dok. Paul Tedjasurja
Fatmawati Soekarno, Wanita Muhammadiyah Penjahit Bendera Merah Putih

Fatmawati tumbuh di lingkungan keluarga Muhammadiyah dan aktif di organisasi tersebut sampai akhirnya dipinang oleh Bung Karno


Ngemper Sambil Jelajah Wisata Bengkulu, Yuk

11 Oktober 2018

Rumah Soekarno, Bengkulu. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Ngemper Sambil Jelajah Wisata Bengkulu, Yuk

So, ikuti jalan-jalan saya menjelajah sudut kota dan wisata Bengkulu.


Menjelang Hari Kartini, Yogyakarta Bahas Peran Fatmawati Soekarno

18 April 2018

Presiden Sukarno didampingi Ibu Negara Fatmawati menghadiri KTT KAA pertama di Bandung, April 1955. Dok. Paul Tedjasurja
Menjelang Hari Kartini, Yogyakarta Bahas Peran Fatmawati Soekarno

Sebagai ibu negara, Fatmawati Soekarno berkiprah dalam masa-masa genting perjuangan Indonesia.