TEMPO.CO, Jakarta - Peluang mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi calon wakil presiden 2019 mendampingi Prabowo Subianto dinilai kecil. Latar belakang kedua tokoh tersebut yang berasal dari militer dianggap tidak ideal.
"Ya itu dia (peluangnya kecil). Kalau cawapres, bangsa ini kan banyak ya, ada birokrat, ada ulama, kalau dua-duanya militer apakah ideal? Itu juga akan dipertanyakan," ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Habiburokhman di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 17 Maret 2018.
Baca juga: Gerindra Kantongi 15 Nama Cawapres untuk Prabowo Subianto
Partai Gerindra kemungkinan akan kembali mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2019. Bahkan, sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan telah mengantongi sejumlah nama untuk disandingkan menjadi cawapres Prabowo.
"Sudah ada nama-nama cawapres, barangkali 12 sampai 15 orang dari partai dan nonparpol," ujar Muzani pada Kamis lalu. Sebanyak tujuh nama di antaranya berasal dari kalangan partai politik.
Selain itu, Muzani menyebutkan nama calon wakil presiden untuk Prabowo juga menimbang dari kalangan militer, tokoh Islam, pengusaha, dan tokoh perempuan. "Nama-nama yang banyak muncul kemudian kami inventarisir kemungkinan-kemungkinannya," kata Muzani.
Baca juga: Muzani: Deklarasi Prabowo Subianto Capres Tinggal Tunggu Momentum
Namun, Habiburokhman mengatakan partainya akan menyerahkan perkara pendamping Prabowo pada koalisi pengusung. "Kami kan tidak bisa egois juga partai Gerindra, capresnya dari kita, dan cawapresnya juga kami paksakan dengan kriteria kami," ujarnya. "Kami akan buka dialog dengan kawan koalisi nanti."
Menurut dia, Prabowo sebenarnya bisa disandingkan dengan tokoh mana pun. "Pak Prabowo itu dengan siapa-siapa saja cocok, Yusril (Ihza Mahendra) cocok, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) bagus juga, dengan TGB (Tuan Guru Bajang) cakep, dengan Mbak Puan (Maharani) bagus," kata dia.