TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengimbau Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan lingkaran internalnya untuk menjadikan insiden pencegatan pasukan pengamanan presiden terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pelajaran.
"Harus lebih berhati-hati dalam segala tindak-tanduknya. Apalagi hal yang berkaitan dengan persepsi publik dan memantik sentimen negatif," kata Pangi dalam siaran tertulisnya, Senin, 19 Februari 2018.
Baca juga: Soal Anies Baswedan Dicegat Paspampres, Istana Angkat Bicara
Pangi mengatakan, tindakan Paspampres yang tak membolehkan Anies ikut mendampingi Jokowi saat penyerahan hadiah Piala Presiden menimbulkan kesan Jokowi merasa tersaingi oleh Anies. "Mungkin juga berkesan Presiden tidak menyukai sang gubernur paska menang di pilkada panas di DKI, dan terkesan penghadangan terhadap Anies adalah sikap kekanak-kanakan," katanya.
Ia menuturkan, secara akal sehat, wajar seorang Gubernur DKI turun ke lapangan mendampingi Presiden dan Persija. "Ibaratnya Anies adalah tuan rumah tempat di mana pertandingan itu berlangsung, dia seorang gubernur dan tim yang menang saat itu pun adalah Persija, tim bola binaan DKI Jakarta," katanya.
Apalagi, kata Pangi, gubernur wajib mendampingi presiden di wilayahnya sesuai Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan. Dalam Pasal 13 tertulis pejabat, dalam hal ini kepala daerah yang menjadi tuan rumah, diharuskan untuk mendampingi Presiden dan atau Wakil Presiden dalam sebuah acara resmi.
Baca juga: JK Tak Tahu Anies Baswedan Dicegat Paspampres di Piala Presiden
Menurut Pangi, tindakan pencegatan itu bisa menimbulkan banyak persepsi negatif di benak publik. Apalagi, kata dia, informasi dan persepsi sangat mudah menyebar di zaman digital dan media sosial. Sehingga, Pangi menilai hal ini akan sangat tidak menguntungkan bagi Jokowi untuk 2019.
Pangi menuturkan, tindakan Jokowi dan lingkaran internalnya yang menimbulkan persepsi publik dan memantik sentimen negatif, bisa saja menggerus elektabilitas Jokowi.