TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira punya cerita sebelum Bupati Ngada Marianus Sae terkena operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (OTT KPK), Ahad malam, 11 Februari 2018.
Andreas, bersama dengan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, baru saja tiba di Jakarta setelah melakukan konsolidasi partai selama tiga hari untuk memenangkan paket Marianus Sae-Emilia Nomleni dalam pemilihan gubernur 2018. "Ironisnya, selama tiga hari di sana, kami tidak sekalipun bertemu dengan Marianus Sae," kata Andreas, lewat keterangan tertulis pada Senin, 12 Februari 2018.
Baca juga: Kena OTT KPK, Bupati Ngada Pernah Tutup Bandara
Marianus Sae bersama dengan Emilia Nomleni diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PDIP menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Andreas mengatakan, hingga Sabtu malam, 10 Februari 2018, dia mengontak Marianus Sae via telepon dan SMS. "Tapi sama sekali tidak ada respons dari yang bersangkutan," katanya.
Atas kasus OTT Marianus Sae ini, kata Andreas, PDIP akan memberikan dukungan kepada pihak penegak hukum untuk menjalankan tugas dan fungsinya. "PDIP mendukung penuh pemberantasan korupsi dan mengapresiasi KPK yang telah melaksanakan OTT terhadap saudara Marianus," katanya.
KPK menangkap tangan Marianus Sae pada Ahad malam, 11 Februari 2018. Marianus pun dibawa ke Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, pada malam itu juga untuk diperiksa.
Sampai saat ini, Marianus Sae masih diperiksa di gedung KPK. KPK belum memberikan keterangan resmi ihwal kronologi OTT ataupun keterangan lebih lanjut terkait dengan penangkapan Bupati Ngada tersebut.