TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius menyatakan Indonesia patut tetap waspada dengan sejumlah potensi teror menjelang pergantian tahun ini. Kewaspadaan diperlukan setelah terjadi rentetan teror di berbagai belahan dunia pekan ini.
"Belajar dari (teror) Rusia dan Afghanistan kemarin, kami tingkatkan antisipasi untuk Indonesia," ujar Suhardi di sela menghadiri pernikahan putri Menteri Sekretaris Negara Pratikno di Yogyakarta pada Jumat, 29 Desember 2017.
Baca Juga:
Baca: Tito Karnavian: Jangan Underestimate dengan Ancaman Terorisme
Pada Kamis 28 Desember 2017, sedikitnya dua teror berupa ledakan bom terjadi di Rusia dan Afghanistan. Di Rusia ledakan terjadi di sebuah pasar di kawasan St.Petersburg dan membuat sedikitnya 13 orang terluka. Kemudian di hari yang sama, terjadi serangan bom bunuh diri mematikan di kantor berita Afghan Voice dan sebuah pusat budaya Syiah di Kabul.
"Dari Rusia dan Afghanistan ini kami pelajari polanya soal tempat keramaian, pasar, hipermarket, jam sibuk, pengamanan," kata Suhardi.
Baca: Kaleidoskop 2017: Kasus Terorisme di Indonesia Selama Setahun
Meskipun pihaknya mengantongi daerah-daerah yang dianggap zona merah dan melakukan penebalan personil, Suhardi mengatakan pihaknya tak mau lengah karena pergerakan teror amat dinamis.
Untuk pengamanan dari aksi teror, Suhardi menuturkan masih melakukan pengawasan ketat pada sel sel jaringan kelompok lama maupun baru. "Ya seperti kelompok jaringan JAD (Jamaah Ansharut Daulah), semua yang filtrasi termasuk bagian Bahrun Naim juga kami waspadai," ujarnya.
Suhardi juga mengatakan pihaknya akan menerima sekecil apapun informasi terkait potensi teror. "Masyarakat tolong langsung lapor ke aparat sekecil apapaun informasi soal potensi teror di sekitarnya," ujarnya.