TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu Presiden masih 2019, namun aroma persaingan sudah terasa di sepanjang tahun 2017. Sejumlah lembaga survei menyigi tokoh-tokoh yang diprediksi maju dalam pemilihan. Hasilnya, di sejumlah jajak pendapat pertarungan masih diwarnai antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi di posisi teratas, jauh di atas pesaing terdekatnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga rivalnya di tahun 2014.
Popularitas dan Elektabilitas Jokowi sebagai petahana menurut Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari, membuat cemas partai politik yang hendak menantanganya. Dari sekian partai politik, hanya Gerindra yang memunculkan pesaing Jokowi untuk kursi Presiden yaitu Prabowo. Alhasil, maka isu paling sensitif dan sengit justru soal rebutan wakil presiden. "Kursi calon wakil presiden lebih beragam dan banyak nama," katanya.
Baca: Survei Indo Barometer: Jokowi 34,9 Persen, Prabowo 12,1 Persen
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menganggap meski baru dua nama capres yang menonjol, Pangi menyakini ada poros ketiga yang dibentuk partai yang tidak mendukung dua tokoh itu. “Hanya ada tiga kemungkinan itu, dan jika poros ketiga ingin mengusung calon mestinya adalah antitesis dari sosok Jokowi atau Prabowo,” kata Pangi saat dihubungi Tempo pada Ahad, 24 Desmeber 2017.
Pangi mengatakan peta dukungan terlihat sejak pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilu dengan Presiden Treshold 20 persen, bisa dilihat sebagai peta suara dukungan kepada Jokowi. Partai yang mendukung UU tersebut, yaitu PDIP, Golkar, NasDem, PPP, Hanura, dan PKB, cenderung akan mengarahkan dukungan pada Jokowi. Sementara itu, empat partai lain, yaitu Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN, yang memilih walkout dalam sidang itu, diprediski akan mengusung kandidat pesaing Jokowi.
Baca: Pengamat Prediksi Bakal Ada 3 Poros Ini di Pilpres 2019
Banyak nama calon wapres beredar di banyak partai. Demokrat misalnya, rajin mengusung nama Agus Harimurty setelah kekalahan Agus di Pilkada DKI. Ada puka Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. “Tapi banyak kemungkinan akan terjadi dalam dua tahun ini, entah Prabowo akan menyerahkan mandat kepada calon lain, kita tidak bisa prediksi sekarang,” ujarnya. Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga muncul.
Siapa pun yang dipilih Jokowi atau Prabowo, tentulah sangat menentukan bukan hanya karena wakil presiden, tapi apakah calon pendamping melengkapi pasangannya atau tidak. Terutama yang memiliki ceruk pemilih yang tak ada dalam dirinya. “Kalau Jokowi nasional sekuler, maka wakilnya harus nasional religius,” kata Pangi.
TIM TEMPO