TEMPO.CO, Jakarta - Survei lembaga konsultan politik, PolMark Indonesia, menyebutkan elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk pemilihan presiden 2019 jauh mengungguli Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Jokowi memiliki tingkat elektabilitas 41 persen, sedangkan Prabowo 15,9 persen.
"Sementara undecided voters atau responden yang belum menentukan pilihan cukup besar, yaitu 35,7 persen," kata Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefullah Fatah dalam konferensi pers di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 18 November 2017.
Baca juga: PolMark: Kemiskinan Masih Jadi Masalah Selama 3 Tahun Jokowi-JK
Survei PolMark dilakukan pada 13-25 November 2017 dengan melibatkan 2.600 responden dari semua provinsi di seluruh Indonesia. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin error lebih-kurang 1,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Setiap responden diwawancarai dengan metode tatap muka.
Eep mengatakan, secara top of mind atau saat responden diberikan pertanyaan terbuka, nama Jokowi disebut 41 persen calon pemilih. Adapun Prabowo disebut 15,9 persen calon pemilih.
Di bawah mereka, ada pula sejumlah tokoh yang muncul, tapi jumlahnya tidak signifikan. Tokoh itu di antaranya Direktur Eksekutif Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono (1,2 persen), Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (1,0 persen), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (0,9 persen), dan mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo (0,7 persen).
Adapun saat responden diberikan pertanyaan dengan alat bantu berupa daftar nama dan gambar kandidat calon presiden, jumlah elektabilitas Jokowi dan Prabowo sama-sama naik. Jokowi meraih 50,2 persen dan Prabowo 22 persen.
Sedangkan jumlah responden yang belum menentukan sikap menurun menjadi 9,6 persen, sementara elektabilitas lainnya tersebar ke sejumlah tokoh yang dianggap berpotensi.
Eep berujar hasil tersebut menunjukkan, selayaknya inkumben, Jokowi memiliki modal elektabilitas paling meyakinkan. "Tapi pertarungan pilpres belum selesai, bisa saja terjadi kejutan," tuturnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, mendekati hari pemilihan, ada tren ketika elektabilitas inkumben akan menurun. "Bagi kami, survei yang ada ternyata Jokowi enggak sekuat dan bisa dikalahkan. Pada 2019, kami yakin kita bisa mendapatkan presiden baru," ujarnya.