TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI Jakarta, Andi Mappetahang Fatwa atau AM Fatwa, meninggal pada Kamis, 13 Desember 2017 setelah menderita sakit lever stadium empat. Ia telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, setelah disemayamkan di rumah duka di Jalan Condet, Pejaten, Jakarta Selatan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ikut mengunjungi rumah duka AM Fatwa untuk mengucapkan bela sungkawa. Ia juga turut menjadi imam salat jenazah dan hadir dalam upacara pemakaman AM Fatwa.
Baca: Cerita Perlawanan AM Fatwa dalam Tragedi Tanjung Priok 1984
Kepada para wartawan, Anies mengaku dia dan keluarganya sudah dekat dengan AM Fatwa sejak ia masih kecil. Sewaktu muda, kata Anies, AM Fatwa yang aktif sebagai tokoh muda Pelajar Islam Indonesia (PII) sering ke Yogyakarta dan menginap di rumah keluarganya. “Beliau kenalnya Anies masa kecil, karena beliau sering menginap, aktif berkeliling,” ucapnya pada Kamis, 14 Desember 2017.
Anies berujar, sebelum Fatwa wafat, dia sempat mengunjunginya di RS MMC, Jakarta Selatan. Saat dia sampai di ruangan Fatwa, tekanan darah Fatwa dalam kondisi turun drastis. Ia sempat mengantarkan Fatwa hingga ruangan ICU sebelum akhirnya Fatwa dinyatakan meninggal dunia.
Baca: AM Fatwa Akan Dimakamkan di TMP Kalibata
Menurut Anies, Fatwa adalah figur yang sangat aktif dan produktif. Ia menuturkan, setiap bertemu dengan Fatwa, dia pasti diajak berdiskusi tentang kondisi negara saat ini.
Fatwa meninggal pada usia 78 tahun. Ia lahir di Bone, Sulawesi Selatan pada 1939. Fatwa pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat 1999-2004 dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 2004-2009.
Ia dikenal sebagai pengkritik rezim Orde Lama dan Orde Baru. Namanya tercatat sebagai salah satu penanda tangan Petisi 50. Fatwa dikenal sebagai tokoh yang ikut menggulirkan reformasi 1998. Dia juga salah satu pendiri Partai Amanat Nasional bersama Amien Rais pada 1999.
Akibat perjuangannya, AM Fatwa pernah menghabiskan waktu 12 tahun di penjara atas kasus Lembaran Putih Tanjung Priok, yang menuntut dibentuknya komisi pencari fakta korban-korban Peristiwa Tanjung Priok 1984. “Meskipun pernah dipenjara, beliau tidak pernah berhenti mencintai negeri ini,” ujar Anies.
RIANI SANUSI PUTRI