MATARAM--Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan dua tantangan yang mesti dihadapi umat Islam saat ini. Tantangan tersebut adalah radikalisme dan modernisme.
"Tantangan dari keislaman itu terutama radikalisme, pikiran yang berlebihan," kata JK di Pondok Pesantren Darul Quran Bengkel, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 25 November 2017. Kalla mengatakan itu saat menutup Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama yang berlangsung pada 23-25 November 2017.
Kalla mencontohkan radikalisme tersebut dalam kasus pengeboman yang terjadi di Masjid Rawdah, Sinai Utara, Mesir. Dia mengaku sangat bersedih atas peristiwa yang menewaskan sekitar 235 orang dan melukai ratusan lainnya. "Sungguh luar biasa kesedihan kita melihat kejadian seperti ini," ujar JK.
Menurut JK, serangan teroris tersebut muncul akibat pikiran radikal. Mereka ingin masuk surga dengan jalan pintas. Para pelaku disebut JK menjual murah surga dengan doktrin sesar, sehingga banyak yang mau.
Tantangan kedua adalah modernisasi. Tantangan ini harus dijawab dengan menyiapkan anak muda dengan cara yang berbeda dibanding sebelumnya. "Pesantren tentu berpikir bagaimana memiliki generasi milenium ini yang pasti semua santri punya handphone. Mungkin dia tidak bertanya ke kiai, tapi ke Pak Googel. Ini semua harus dijawab supaya pengaruh dari luar tidak gampang masuk," ujar JK.
JK mencontohkan, di masa lalu, orang meminta ilmu atau nasihat dengan bertanya pada kiai. Di saat ini, banyak orang melakukannya dengan mencari jawaban lewat handphone.
Karena itu, modernisme yang ditandai banyak perubahan itu harus dijawab pesantren dengan memperbarui standard pesantren. Sebab, modern di tahun 1930 berbeda keadaannya dengan modern zamab sekarang," kata JK.
Selain dua tantangan itu, JK juga menyebut ketimpangan sosial sebagai tantangan yang harus dihadapi umat Islam. Untuk menjawab persoalan ini, JK mengatakan kewirausahaan mesti digalakkan di kalangan umat Islam.
AMIRULLAH SUHADA